Korban Tertimpa Reruntuhan Atap SD Muhammadiyah Bogor Hembuskan Nafas Terakhir

oleh -37589 Dilihat
oleh
Sd muhammadiyah bogor
Bupati Gunungkidul dan jajaran saat menjenguk korban musibah runtuhnya atap SD Muhammadiyah Bogor. (Ist)
ucapan Natal Golkar

GUNUNGKIDUL, (KH),— Banyak warga Gunungkidul pada Selasa, (8/11/2022), sejak pagi memusatkan perhatian pada SD Muhammadiyah Bogor, di Kapanewon Playen. Sebab, di sana telah terjadi insiden yang cukup mengejutkan, yakni runtuhnya atap ruang kelas yang diisi para siswa.

Yang menyedihkan, tak sedikit korban timbul karenanya. Runtuhnya atap mengakibatkan belasan siswa mengalami luka-luka. Mereka kemudian dievakuasi ke sejumlah fasilitas medis terdekat. Namun, satu diantaranya harus menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSUD Wonosari.

Hingga sore hari, siswa kelas VI warga Ngawu, Playen yang dirawat di ICU itu tak sadarkan diri. Kondisinya tak stabil. Sempat membaik lalu kembali memburuk.

Kabag TU RSUD Wonosari, Sumartana menyampaikan, korban atas nama FA saat diantar sejak pagi hingga Selasa sore belum juga sadar.

“Luka ada di kepala bagian belakang. Korban sempat diperiksa pada bagian thorax-nya,” kata dia saat ditemui di komplek RSUD.

Publik yang memantau perkembangan musibah, utamanya pada kondisi keselamatan korban melalui konten digital harap-harap cemas.

Tragis, pada akhirnya maut benar-benar menjemput. Duka mendalam merayap Selasa malam. Pelajar berusia 12 tahun itu dikabarkan menghembuskan nafas terakhir di ruang ICU.

Pihak RSUD pun mengkonfirmasi, FA meninggal dunia sekitar pukul 20.45 WIB.

Ucapan bela sungkawa dan keprihatinan mengalir di berbagai platform media sosial. Duka sekaligus simpati pada FA serentak diungkapkan. Sebab, sebelum tertimpa reruntuhan, dikabarkan pula ia melakukan aksi heroik. Ditengah kepanikan pasca atap ruang kelas runtuh, FA berjibaku membantu agar teman-temannya bisa lolos keluar dari reruntuhan struktur atap berupa rangka baja ringan dan material lain.

Nahas, FA justru tertimpa reruntuhan atap hingga terjepit. Saksi, Jumiran bahkan mengaku, upaya evakuasi tubuh FA membutuhkan waktu sekitar dua jam.

“Baru berhasil dikeluarkan setelah upaya dilakukan selama sekitar dua jam,” kata Jumiran yang tinggal tak jauh dari lokasi sekolah.

Jauh-jauh hari ia pun heran dengan struktur atap gedung yang dibangun dengan dana komite itu. Struktur atap dibuat dari bahan baja ringan. Spesifikasinya pun dianggap tak memenuhi standar jika rangka atap dipasangi genteng berbahan tanah liat.

“Kebetulan proses pembangunannya saya lihat, kebetulan ladang saya bersebelahan dengan sekolahan, jadi saya tahu,” ujarnya kecewa.

Selasa malam itu pula jasad FA diantar ke rumah duka di Kalurahan Ngawu, Kapanewon Playen. Sejumlah pihak, tak hanya tetangga sekitar turut hadir menyampaikan duka dan berusaha menghibur keluarga.

Lurah Ngawu, Wibowo Dwi Jatmiko menuturkan, selama ini FA tinggal di rumah neneknya di Kalurahan Ngawu. Sebab, jaraknya dekat dengan tempatnya menuntut ilmu. Rencananya, jasadnya akan dikebumikan di wilayah Paliyan. Alasannya, supaya dekat dengan pusara ayahnya, yang kebetulan sekitar 40-an hari yang lalu meninggal dunia lebih dulu. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar