GUNUNGKIDUL, (KH),– Kawasan Pantai Wediombo merupakan salah satu geosite di Gunungkidul, DIY. Pantai di Kapanewon Girisubo tersebut memiliki jejak geologi yang menarik untuk terus diketahui lebih jauh. Banyak akademisi bidang Vulkanologi mengatakan, Gunung Api purba di kawasan Wediombo menyajikan jejak atau bekas aktivitas gunung api yang cukup lengkap.
Dosen Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Dr. Ir. C. Prasetyadi M.Sc bersama Tim Sinau Bhumi pernah melakukan geotrack di kawasan Gunung Batur di Kawasan Wediombo. Dalam kanal youtube Sinau Bhumi dia menjelaskan, di kawasan Wediombo memiliki cukup banyak bagian yang merupakan bukti Gunung Api pernah aktif di kawasan tersebut.
“Cukup komplit. Ada bekas tenggorokan atau dapur magma, produk lereng atau lapisan batuan fase konstruksi yang terdiri atas perselingan antara batuan hasil kegiatan lelehan dan letusan gunung api. Peselingannya antara lava, breksi, lava, breksi dan seterusnya hingga membentuk kerucut atau tubuh gunung,” papar Prasetyadi.
Jejaknya, sambung dia, cukup utuh hingga fase destruktif atau letusan yang dahsyat. Dia menerangkan, aktivitas gunung api di Wediombo terjadi pada masa miosen tengah sekitar 5 hingga 23 juta tahun yang lampau.
Lanjut dia, batuan di kawasan pantai selatan di Gunungsewu khususnya Gunungkidul merupakan batuan karang dan gamping, namun di kawasan Wediombo jenis batuannya berbeda. Gunung api purba Wediombo tersebut merupakan satu-satunya gunung api yang pernah aktif di kawasan pantai di DIY.
Mengutip dalam Jurnal Geologi Indonesia yang dipublikasikan Gendoet Hartono dan Sutikno Bronto (Asal-usul pembentukan Gunung Batur di daerah Wediombo, Gunungkidul, Yogyakarta), khusus di daerah Wediombo terdapat batuan gunung api yang dimasukkan ke dalam Formasi Wuni. Batuan gunung api Wediombo terdiri atas batuan beku luar atau aliran lava dan breksi gunung api yang berasosiasi dengan batuan terobosan Gunung Batur, dan seluruhnya berkomposisi andesit.
Adapun batuan di kubah Gunung Batur, Prasetyadi terangkan, merupakan batuan beku diorite. Jenis batuan tersebut memiliki ukuran kristal sedang hingga besar. Batuan tersebut terbentuk karena proses pembekuan lava di dalam gunung api atau dalam perut bumi. Kristal yang besar karena disebabkan proses pembekuan yang lama.
“Batuan ini membeku di kedalaman sekitar tiga kilometer dari permukaan. Berbeda dengan lava bantal di Berbah. Kristalnya di sana kecil, sebab batuan itu terbentuk karena pembekuan lava di permukaan,” ungkap Prasetyadi.
Gunung Batur, dia paparkan, merupakan tenggorokan atau dapur magma masa lampau. Keunikan fenomega geologi tersebut tidak ditemukan di Gunung api purba lain di DIY, seperti Nglanggeran, Sumilir dan Tebing Breksi.
“Di Gunung Api Purba kawasan Wediombo di sini lengkap, ada bekas pusat atau diatrema, ketemu breksi dan juga lavanya. Jejak geologi aktivitas Gunung Api lengkap tersaji di kawasan sekitar 2 hingga 3 kilometer. Ini semacam miniatur gunung api masa lampau,” ulas dia.
Tentu saja, dia menekankan, pada luasan areal kawasan tersebut bukanlah ukuran gunung api sebenarnya yang pernah ada. Gunung api yang pernah ada diyakini memiliki ukuran yang jauh lebih besar.
Tubuh gunung, atau tepatnya sepertiga tubuh kerucut dari gunung terlempar hancur karena terjadi ledakan besar.
Bagi Prasetyadi, bermain ke Wediombo, pengunjung akan memperoleh nilai lebih. Bukan hanya sekedar bermain ke pantai dalam rangka berwisata, namun sekaligus bisa memperoleh pengetahuan mengenai fenomena geologi yang jarang ada di tempat lain.
Selain menyajikan keindahan panorama pantai, kawasan Wediombo juga memungkinkan wisatawan melakukan aktivitas surfing. Pantai tersebut merupakan salah satu pantai di Gunungkidul yang cukup memdukung wisatwan melakukan hobi berselancar di atas air. (Kandar)
Referensi :
- Asal-usul pembentukan Gunung Batur di daerah Wediombo, Gunungkidul, Yogyakarta (Gendoet Hartono dan Sutikno Bronto)
- Youtube Sinau Bhumi