SEMANU, (KH),– Menteri Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd berkunjung ke Gunungkidul akhir pekan lalu. Salah satu agenda kehadirannya yakni menjadi nara sumber dialog ‘Kampus Desa dan Pengembangan Desa’ bersama Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Dalam kesempatan tersebut, Abdul Halim Iskandar berharap kampus dapat turut memperjuangkan kemajuan daerah pedesaan. Termasuk, memperjuangkan agar para Lurah memperoleh gelar sarjana maupun diploma.
“Saya ingin kampus hadir di desa, memberikan bekal teori akademik untuk Lurah, dan nantinya Lurah diberi gelar diploma atau sarjana,” harap dia dalam paparan di hadapan perwakilan Lurah dari 18 kapanewon itu di kawasan Telaga Jonge, Semanu.
Fleksibilitas sistem perkuliahan yang telah dirumuskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu tiga semester di luar kampus, mendukung impian tersebut. Karena para civitas kampus dengan ilmu dan kemampuan teknologinya, dapat diberdayakan untuk membangun desa. Kementerian Desa PDTT melalui kerjasama dengan kampus akan membantu dalam tataran kebijakan untuk pelaksanaan agenda tersebut.
“Perihal teknis seperti pengelolaan dana desa juga dapat terbantu dengan adanya dosen dan mahasiswa dari perguruan tinggi, karena mereka dapat memberikan input dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) sampai keperluan administrasi,” papar lulusan S2 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang ini.
Dirinya menilai UNY telah melakukan terobosan guna mewujudkan ‘kehadiran’ kampus di desa dengan membuka kampus di berbagai kabupaten.
Senada dengan Abdul Halim Iskandar, Rektor UNY, Prof Sutrisna Wibawa menyebut bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci pembangunan. Sehingga pemerintah terus mendorong peningkatan mutu SDM. Maka perguruan tinggi akan mendukung pemerintah dalam hal peningkatan SDM khususnya Lurah dan perangkat kalurahan/ desa dengan melaksanakan pola pendidikan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
“RPL adalah proses pengakuan atas capaian pembelajaran seseorang yang dicapai sebelumnya baik melalui pendidikan formal, non-formal, informal atau pelatihan-pelatihan terkait dengan pekerjaannya maupun dilakukan secara otodidak melalui pengalaman,” terang Sutrisna.
Pelaksanaan tugas Lurah, kata Sutrisna merupakan bagian capaian pembelajaran yang sudah terlampaui. Hal tersebut kemudian diakui lalu ditambahkan dengan materi pengetahuan yang baru melalui perkuliahan.
Dihubungi terpisah, Lurah Karangawen, Roji Suyanta mengaku menyambut baik wacana program tersebut jika nanti direalisasikan. “Kami sangat butuh dan berminat, karena dapat menambah wawasan dan SDM demi mengikuti zaman yang semakin modern penuh dengan pengetahuan baru,” kata dia melalui pesan Whatsapp. (Kandar)