“Tim dari geologi sedang turun ke lapangan, belum diketahui penyebab pasti, tapi kemungkinan sangat kecil jika ini dikaitkan dengan aktivitas vulkanik,” katanya saat dihubungi KH, Jumat (13/02/2017).
I Gusti Made Agung Nandaka menerangkan, berdasarkan informasi yang dia terima, fenomena munculnya uap panas tersebut terjadi pada lapisan tanah yang cukup dangkal, kedalaman keluarnya uap panas hanya sekitar 15 cm, sehingga fenomena tersebut sangat kecil kemungkinan jika dikaitkan dengan aktivitas vulkanik.
“Dugaan kita sementara, keluarnya panas dan uap disebabkan pelapukan batuan dan keluar gas metan. Namun untuk memastikan butuh penelitian yang mendalam, fenomena serupa pernah terjadi beberapa tahun lalu,” paparnya.
Informasi terkini yang berhasil dihimpun dari Balai Pengembangan dan Penelitian Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, berdasarkan pengambilan sampel dan analisa lapangan, kandungan gas Jenis Co2 pada titik keluarnya uap panas sebesar 1% dari batas normal 0,3%.
Sementar suhu udara dititik sumber mencapai 68 derajat celcius. Sementara dari sumber keluarnya panas radius 2 meter diketahui sebesar 30 derajat celcius. BPPTKG memastikan, sementara ini dalam jarak radius 2 M masih aman untuk aktivitas warga. Akan tetapi warga dihimbau untuk tidak berada tepat pada titik keluarnya uap panas. (WW)