GUNUNGKIDUL, (KH) — Jam tiga sore adalah waktu bagi suwantoro untuk berbelanja bahan kebutuhan pembuatan soto. Malam hari, biasanya tengah malam, kuah soto harus sudah dibuat. Memasak air sampai matang atau mendidih. Hasilnya, soto yang dijual, kuahnya dijamin telah matang, walaupun ketika disajikan, tidak dalam keadaan mendidih.
Menjual soto dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar pemanas kuas soto, menghadapi kendala panas yang tidak stabil, dibanding jika menggunakan bahan bakar gas. Dengan demikian, meskipun menggunakan arang sebagai bahan bakar untuk memanaskan kuah soto, kuah Soto Ndut dijamin telah matang.
Jam 7 pagi adalah awal Suwantoro memulai menjajakan sotonya dengan mendorong gerobak sotonya. Dimulai dari tempat tinggalnya, jalan Nogogini, Gowok, Yogya, Suwantoro menyusuri jalan ke utara ke jalan Sengon. Jalan Sengon akan ditelusuri sampai ke timur, sampai jalan Janti. Dari sana akan ke utara sampai perempatan Janti atau jalan Solo. Menyelusuri jalan Solo ke arah barat sampai jalan Nogodewo atau jalan Nogopuro, dan menuju jalan Sengon untuk kembali ke tempat tinggal. Inilah rute yang dilalui Suwantoro berjualan soto. Sotonya di kenal dengan nama Soto Ndut.
Rute tersebut dijalani cukup lama. Kadang jam 12 masih di sekitar Pom Bensin yang ada di jalan Solo, dan soto belum habis. Lambat laun Soto Ndut mempunyai pelanggan. Rute yang dulu cukup jauh, sekarang cukup pendek. Dari tempat tinggal, cukup menyelusuri sampai ke jalan sengon. Di sana, di jalan Sengon, ada Pos Ronda, di sanalah Soto Ndut berhenti. Para pelanggannya sudah mulai menghampiri Soto Ndut. Jam 1 siang, rata rata setiap harinya Soto Ndut sudah habis. Waktunya bagi Suwantoro untuk pulang ke rumah dan beristirahat, dan jam 3 kembali pergi ke pasar untuk berbelanja bahan soto yang akan dijualnya besok.
Dalam menjalankan sebuah usaha menjual produk, kita mengetahui ada sebuah masa untuk mengenalkan produk yang dijual. Dalam hal ini, Soto Nduk, juga mengalami masa pengenalan produk. Setelah sekian lama, ketika produk dikenal, beberapa orang memutuskan menjadi pelanggan. Soto Ndut jadi dikenal dan ditunggu kehadirannya. Suwantoro cukup menunggu di Pos Ronda, pelanggan akan datang menghampiri.
Tidak semua orang berani memutuskan mengambil sikap menjadi pedagang soto keliling, apalagi sudah mempunyai pekerjaan tetap di Jakarta. Suwantoro cukup lama bekerja di Jakarta di perusahaan swasta. Di sela sela waktu kerjanya, Suwantoro sempat menjadi wakil ketua Ikaragil pusat. Pengambilan keputusan menjadi padagang soto keliling, menjadi kekaguman teman teman Suwantoro di Ikaragil. Kerja di Jakarta, siapa yang tidak mau ?
Pada suatu saat, sekitar 1 tahun lebih bergabung dengan Ikaragil, Suwantoro memutuskan pulang ke Gunungkidul untuk membuka usaha jualan soto keliling dengan gerobak. Dengan sendirinya Suwantoro mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil ketua di Ikaragil pusat, dan menjadi anggota biasa di Ikaragil korwil Jogyakarta. Kini, setelah dua tahun lebih, Soto Ndut sudah mempunyai pelanggan tetap dan dapat menghidupi keluarga.
Dengan pengalaman bekerja di Jakarta dan memutuskan berjualan soto (dan berhasil tentunya), Suwantoro dipercaya memegang seksi UKM (Usaha Kecil Menegah) Ikaragil korwil Jogya. Kepercayaan diri untuk berwiraswasta, sabar dalam berusaha, dan tetap melakukan kegiatan sosial, menjadi modal untuk membagi pengalaman dan memberikan semangat dalam berwiraswasta. Semoga semua yang dilakukan Suwantoro dengan berjualan soto, dapat menginspirasi pemuda Gunungkidul. (TTY)