Fetival Reog dan Jathilan Akan Digelar di Pantai Krakal

oleh -9736 Dilihat
oleh
Group kesenian jatilan dari Desa Pulegundes Tepus sedang pentas di Pantai Sundak, Desember 2014 lalu. Kesenian reog dan jatilan masih tumbuh subur di perdesaan Gunungkidul. Pengaruh gagrak Ponoragan tampak mendominasi perkembangan seni reog dan jatilan di Gunungkidul. Belum banyak dikupas apa yang menjadi pendorong pelaku seni mengikuti corak reog Ponoragan ini, barangkali mengikuti kemauan penonton atau karena terpikat pembawaan kesenian yang lebih rancak? Foto; KH.
Group kesenian jatilan dari Dusun Pulegundes Sidoharjo Tepus sedang pentas di Pantai Sundak, Desember 2014 lalu. Kesenian reog dan jatilan masih tumbuh subur di kawasan perdesaan Gunungkidul. Saat ini, pengaruh reog gagrak Ponoragan tampak mendominasi perkembangan seni reog dan jatilan di Gunungkidul. Apa yang menjadi pendorong pelaku seni mengikuti corak reog Ponoragan ini, barangkali mengikuti kemauan penonton atau karena terpikat pembawaan kesenian yang lebih rancak dan dinamis dan terlihat lebih memiliki daya magis, atau ada latar belakang lainnya, apakah juga menandakan adanya ketidakpercayaan diri, hegemoni, atau justru sebagai transformasi masyarakat dalam berkesenian? Belum banyak yang meneliti dan mengupasnya. Dok Foto: KH.

WONOSARI,(KH)— Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunungkidul akan menggelar Festival Reog dan Jathilan. Festival ini akan dilaksanakan di Kawasan Pantai Sarangan-Krakal, Tanjungsari pada tanggal 18 April 2015 untuk Jathilan dan 19 April 2015 untuk Reog. Acara akan dimulai pukul 09.00 WIB.

Purnawan, Seksi Lomba dan Pagelaran pada Festival Reog dan Jathilan Tahun 2015 mengatakan, festival digelar untuk mencari jathilan dan reog terbaik yang akan mewakili Gunungkidul pada festival reog dan jathilan Tingkat DIY di Among Rogo pada 7 Juni 2015 mendatang.

“Group yang pernah Juara 1 Tingkat Kabupaten dan pernah tampil di DIY tidak diperkenalkan ikut,” kata Purnawan saat ditemui di Disbudpar Gunungkidul, Jumat (17/4/2015).

Dijelaskannya, setiap kecamatan wajib mengirimkan satu group reog dan satu group jathilan. Jumlah personil dalam setiap group, baik reog maupun jathilan sebanyak 26 orang yang terdiri dari penari, pengiring dan satu penata tari.

“Untuk kelancaran pelaksanan kita akan memberikan honor bagi pelaku seni sekitar Rp 6.750.000, untuk satu group dipotong pajak,” terangnya.

Purnawan menjelaskan, ada ketentuan khusus pada festival reog dan jathilan, diantaranya reog tidak mengacu pada Reog Ponorogo, melainkan reog yang hidup berkembang di DIY, serta tidak menghadirkan unsur kuda lumping dalam penyajiannya.

Penyajian reog wajib menampilkan figur pimpinan (botoh) sebagai pemimpin barisan (bukan penthul/tembem). Diperkenankan menyajikan Reog Keprajuritan dalam bentuk baru yang berpijak pada sejarah masing-masing wilayah.

“Untuk jathilan lebih menitik beratkan pada atraksi naik kuda dan mengolah gerakan dengan properti kuda. Jika gerakan yang ditampilkan berupa cerita wajib mengirimkan sipnosis yang berisi gambaran cerita. Instrumen wajib menggunakan alat musik tradional non elektrik,” jelasnya.

Lanjut Purnawan, kriteria yang menjadi penilaian dewan juri terdiri dari 5 poin, di antaranya Wiraga (kekompakan), Wirama (Ketepatan penyesuaian gerak), Wirasa (penjiwaan), Kreativitas, dan Atraktif.

Sementara, Kepala Dinas Disbudpar Gunungkidul, Saryanto mengatakan, melalui festival diharapkan muncul group reog maupun jathilan baru di Gunungkidul. Selain itu mampu membangkitkan semangat berkesenian bagi para pelaku seni.

“Kita wajibkan setiap kecamatan mengirim perwakilan. Nantinya jika ada event nasional, group terbaik akan kita kirim menjadi wakil dari Gunungkidul,” tandasnya. (Juju)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar