Bazaar Makanan Alun-Alun Minggu Pagi Semakin Diminati Pembeli

oleh -8742 Dilihat
oleh
Bazaar Minggu Pagi di Alun-alun Wonosari, produk hortikultura dan makanan olahan. Dok: KH/Totok.
ucapan Natal Golkar
Bazaar Minggu Pagi di Alun-alun Wonosari, produk hortikultura dan makanan olahan. Dok: KH/Totok.
Bazaar Minggu Pagi di Alun-alun Wonosari, produk hortikultura dan makanan olahan. Dok: KH/Totok.

WONOSARI,(KH),– Bazaar produk makanan olahan yang digelar di Alun-alun Wonosari setiap Minggu pagi semakin diminati pembeli. Para pembeli tidak hanya para pengunjung yang selesai berolah raga di seputar lapangan Pemda, ada pembeli yang sengaja datang dari rumah untuk berbelanja, karena mengetahui ada bazaar produk olahan makanan setiap Minggu pagi.

“Lumayan mas, para pembeli semakin banyak. Saya mengikuti bazaar di alun-alun ini sejak sekitar sebulan yang lalu. Omset penjualan produk saya terus naik, temen-temen peserta bazaar lainnya juga merasakan kenaikan omset. Rata-rata setiap minggu naik 100%,” ujar Brata Nugraha, pembuat makanan olahan bakpia dari Desa Jeruksari.

Brata melanjutkan, Bazaar Minggu Pagi yang diprakarsai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunungkidul tersebut merupakan kelanjutan promosi produk makanan olahan lokal para pelaku UKM di Wonosari dan sekitarnya. Sebelumnya bazaar hanya digelar di halaman Dinas TPH setiap Jumat pagi.

“Untuk peserta bazaar, sampai saat ini ada 10 pelaku usaha mas. Produknya bermacam-macam. Ada Jamu Yuniari, Bakpia Dewasari, Bakso Bu Emi Playen, Beras Merah Ponjong, Thiwul dan Sayur Lombok Ijo Wareng Bu Warni, Pempek Palembang Bu Lurah Bandung Playen. Nasi Bakar, Bakso Tahu, Dawet Gula Aren, dan lain-lain. Setiap Minggu Pak Prapto dari Dinas TPH menyiapkan tenda dan meja, kemudian kami dan kawan-kawan mengisinya dengan produk dagangannya masing-masing,” imbuh Brata.

Brata mengaku, hampir semua produk olahan yang digelar di lapak mengalami peningkatan penjualan setiap minggunya. “Yang laris Sayur Lombok Ijo Bu Warni dan Bakpia Dewasari mas, tetapi produk lainnya rata-rata juga naik omsetnya, karena semakin dikenal pembeli. Untuk bakpia pada awal kami membuat sekitar 100 butir, hari ini kami menjual 600 butir,” ujarnya.

Pelaku wirausaha muda berusia 44 tahun ini mengaku, awalnya coba-coba membuat produk olahan makanan berupa roti dan wingko babad sejak 2 tahun lalu. “Saya usaha bakpia baru 2 tahun mas. Sebelumnya usaha roti dan wingko yang sudah berjalan. Inovasinya untuk bakpia, saya kompliti dengan rasa kacang ijo, telo ungu, susu, coklat, keju, rasa daging ayam. Saya berusaha jualan bakpia yang masih fresh dan hangat mas, untuk yang siap disantap. Tapi kalau mau dibawa untuk oleh-oleh, ya harus didinginkan dulu biar tidak cepat basi,” katanya.

Sebagaimana pendapat para pelaku usaha olahan makanan lokal, Brata merasakan manfaat dari bazaar ini. Ia dan kawan-kawannya telah mendapat support dari Dinas TPH dari penyelenggaraan bazaar ini. Ia mengaku, mendapat insentif sebesarn Rp 18.000 per sekali bazaar di kantor dinas setiap Jumat pagi. Ia dan kawan-kawannya juga tak berkeberatan membayar Rp 10.000 untuk setiap penyiapan tenda dan meja saat bazaar Minggu pagi di Alun-alun Wonosari.

“Kami berharap Pemkab terus memberikan pendampingan tentang wirausaha, khususnya wirausaha makanan olahan, dan juga berharap ikut mempromosikan industri olahan kepada masyarakat Gunungkidul, juga kepada para wisatawan pendatang atau biro travel dari daerah lain,” pungkas Brata. (Jjwidiasta).

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar