Gimin (54), salah satu pemilik lahan mengatakan, akibat longsor tersebut, padi berumur dua bulan yang dia tanam seluruhnya tertutup lumpur bercampur batu. “Tinggal 1 bulan lagi panen, malah semunya tertimbun tanah,” katanya saat ditemui di area longor, Selasa (10/2/2015).
Giming dan istrinya hanya bisa pasrah, sembari memanen tanaman jagung yang masih tersisa, ia menceritakan sudah mengeluarkan uang sekitar Rp 3 juta rupiah untuk menggarap lahan miliknya dengan luas sekitar seperempat hektar.
“Buat bibit dan ongkos pekerja sekitar Rp 3 juta habis. Lah kok malah kena longsor,” kata Gimin, yang saat ini juga menjabat sebagai Dukuh Gembyong Desa Ngoro Oro Patuk.
Selain merusak area pertanian milik warga, longsornya bukit Gunung Cilik juga menutup 3 sumur. Kini 25 kepala keluarga dari Padukuhan Sepat, Desa Ngoro Oro yang setiap harinya mengantungkan hidupnya dari sumur tersebut terancam tidak mendapat air bersih. Selain itu embung yang biasa digunakan sebagai pengairan juga tertimbun longsor tersebut.
“Embung ini meskipun kecil menjadi sumber pengairan warga, beruntung hanya sepatuh embung yang terturup tanah,” tambah Gimin sembari menunjukan embung kecil yang berada di tengah sawah
Jika hujan dengan intensitas tinggi kembali turun, Gimin memastikan longsor akan kembali terjadi, sebab tanah di sekitar pusat longsor saat ini terus bergerak dan retakannya semakin besar.
“Jika tanah terus bergerak, saya khawatir pemancar stasiun Metro TV juga akan ikut bergerak, masalahnya dari titik longsor hanya sekitar 75 meter,” katanya.
Agar tidak memakan korban jiwa akibat labilnya tanah, pemerintah desa setempat memasang garis pembatas menggunakan tali plastik. Warga dihimbau untuk tidak melihat dari dekat karena dapat mengancam keselamatan jiwa.
“Sudah kita pasang garis pembatas, agar warga tidak mendekat. Petani penggarap lahan juga sudah kita beri peringatan agar menjaga keselamatan masing-masing,” kata Sumbono, Kepala Desa Ngoro Oro saat dihubungi terpisah. (Juju)