PONJONG, (KH),– SMPN 1 Ponjong melangsungkan wisuda siswa angakatan Tahun Pelajaran 2016/ 2017 di Balai Desa Ponjong, Sabtu, (10/6/2017). Nilai rata-rata UNBK sebanyak 186 lulusan mampu menempatkan lembaga pendidikan dengan julukan SMP Andalan ini berada pada peringkat 8 se Kabupaten Gunungkidul.
Sebagaimana disampaikan Humas SMPN 1 Ponjong, Dra. Tutik Suprapti, pencapaian tersebut telah sesuai dengan target kelulusan tahun ini. Hal lain yang begitu membanggakan yakni ada sebanyak 17 siswa memperoleh nilai mata pelajaran Matematika di atas 9.
“Bahkan 12 siswa diantaranya mendapat nilai matematika sempurna atau 100,” tutur Tutik.
Pada pelaksanaan wisuda tahun ini ada hal yang berbeda, yakni pada rangkaian kegiatan wisuda diagendakan siswa melafalkan ikar untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui lantunan lagu Mars Andalan.
Menurut Tutik, cukup beralasan bahwa dengan adanya bahaya radikalisme sekarang ini, semangat persatuan NKRI terasa relevan sekali digelorakan sejak dini. Sebagai halnya spirit yang terkandung di dalam Mars Andalan.
Tutik meruntut bunyi Mars Andalan yang ia ciptakan, yakni; Aku anak andalan, selalu rajin belajar. Aku anak andalan, selalu jadi terdepan. Aku anak andalan, pemimpin masa depan. Penjaga persatuan NKRI.
Lebih dalam disampaikan, maknanya adalah menunjukkan tekad siswa bahwa siswa Andalan harus rajin belajar, harus menjadi pelopor yang menginspirasi siswa/ orang lain dan memiliki tekad dan cita-cita bahwa siswa Andalan di masa depan harus mampu menjadi leader/ pemimpin di bidangnya masing-masing.
“Serta adanya bahaya radikalisme yang dapat mengancam persatuan NKRI, siswa Andalan harus bisa menjadi inspirasi dan pelopor bagi siswa yang lain agar selalu cinta NKRI. Diwujudkan dengan tekad jika jadi pemimpin kelak harus menjadi pemimpin yang tulus menjaga persatuan NKRI,” tandas Tutik.
Dari ikrar yang terdapat dalam Mars Andalan yang lahir pada 2014 tersebut diyakini telah membawa beragam manfaat. Diantaranya, Suasana sekolah yang kondusif, hubungan interaksi antar siswa, antar guru dan segenap warga sekolah yang harmonis diklaim sebagai wujud dari apa yang telah diikrarkan.
“Dalam berteman siswa tidak membeda-bedakan keyakinan. Contoh lain, dalam pemilihan kepengurusan kelas dan pemilihan kepengurusan OSIS siswa memaknainya sebagai sarana belajar berorganisasi dan mengelola sebuah organisasi. Dengan tidak mendasarkan pada sentimen agama sehingga yang terpilih benar-benar melalui seleksi kemampuan, serta dipilih langsung oleh siswa,” papar Tutik. (Kandar)