PLAYEN, (KH)— Saat banjir datang warga Padukuhan Kedungwanglu, Desa Banyusoca, Playen terisolir. Mereka tidak dapat keluar untuk beraktivitas seperti biasanya karena akses penyebrangan tertutup derasnya aliran anak Sungai Oya yang melintasi wilayah setempat.
Puluhan Pekerja, PNS, dan siswa sejak pagi menunggu air surut di ujung jembatan beton penyebrangan setinggi 2 meter itu. Namun volume air yang cukup banyak belum juga surut hingga siang. Mereka pun memutuskan untuk menyampaikan ijin tidak berangkat ke lembaga dan instansi masing-masing.
“Apa boleh buat kita tidak bisa berangkat. PNS ada sekitar 20-an, sedangkan siswa sekolah ada 40-an,” kata Zarkoni salah satu guru, Jum’at, (12/2/2016) pagi.
Ia yang semestinya berangkat ke sekolah di tempatnya mengajar di wilayah Saptosari terpaksa juga tidak masuk. Derasnya aliran air yang mengalir, sehingga tidak memungkinkan warga untuk menyebrang karena resiko sangat berbahaya.
“Tinggi air sekitar 1 meter melebihi permukaan penyebrangan. aliran sungai sangat deras, siswa izin dengan menghubungi sekolah masing-masing melalui telepon, dan sms,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah terketuk untuk memberikan solusi, membuatkan jembatan agar permasalahan yang dihadapi saat musim hujan teratasi. Warga dapat beraktivitas sepeti biasanya sehingga tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.
Terpisah, Kepala Dukuh Kedungwanglu, Burhan mengungkapkan, penyebrangan tersebut merupakan akses satu-satunya penghubung wilayahnya dengan wilayah luar. Diakui beton penyebrangan tanpa pengaman pagar tersebut terlalu pendek.
“Tinggi 2 meter panjang 53 meter, saat hujan deras hampir selalu terendam aliran sungai. Warga pemanfaat jembatan penyebrangan ini mencapai 113 KK,” rinci dia. Senada dengan Zarkoni, dirinya menginginkan pemkab atau pihak terkait segera memberikan jalan keluar. (Kandar)