GUNUNGKIDUL, (KH),– Menjelang pemungutan suara, beredar analisa di media sosial dari tokoh politik dan LSM tertentu menyoroti peristiwa pertemuan yang terjadi antara dua kandidat peserta Pilkada Gunungkidul di RM Tiwi Tan Tlogo, Kamis (26/11) lalu. Tokoh LSM dan Politik, Rino Caroko menyebut ada ‘deal politik’ antara Paslon 1 dan 4 dalam pertemuan itu. Pasca analisa itu mencuat, kandidat no 1, Prof Sutrisna Wibawa segera menyampaikan bantahan.
Profesor Sutrisna Wibawa beserta Dr. Bani selaku penyelenggara acara, memastikan informasi tersebut tergolong hoax dan tidak berdasar.
“Tidak ada pernyataan pasangan calon mendukung pasangan calon lain. Pasangan calon nomor satu mantap, tetap maju dengan percaya diri, bisa memenangi Pemilihan Bupati Gunungkidul,” ungkap Sutrisna dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/11) siang. Dirinya membantah dan menegaskan tak mendukung Paslon 4 sebagaimana statemen Rino.
Murni Silaturahim Biasa
Tidak adanya ‘deal politik’ dapat ditilik dari kronologis dan konfirmasi pihak penyelenggara maupun hadirin pertemuan tersebut. Bani selaku penyelenggara acara sekaligus pihak yang mengundang, mengisahkan bahwa pihaknya sebatas ingin ngobrol santai bersama para tokoh daerah saat pulang kampung ke Gunungkidul. Bani yang berdomisili di Jakarta, saat itu pulang kampung bersama istri dan anaknya dalam rangka nyekar ke tiga makam keluarga.
“Jadi sebelum saya berangkat ke Wonosari, yakni sejak masih di Jakarta, saya mengundang untuk ajak makan dan ngobrol bersama di Rumah Makan Bu Tiwi Tan Tlogo,” ungkap Bani.
Karena sifatnya ajakan makan dan ngobrol santai, banyak pihak diundang. Undangan yang kebetulan terlibat dalam agenda Pilkada diantaranya: Profesor Sutrisna Wibawa, Benyamin Sudarmadi selaku kakak sepupu Bani, Sunaryanta, dan Immawan Wahyudi. Selain itu ada juga tokoh lainnya yang tidak terlibat dalam Pilkada seperti Prof. Sahid (Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM), tokoh yang berasal dari Wonosari. Ada pula Bagong Suratmono (Madusari, Wonosari), Bambang Krisnadi (mantan anggota DPRD Propinsi DIY), Muhisam (IKG), Drs. Eddy Sukirman, MM (Ketua Umum IKG), Sastro Haryanto (IKG), Gampang Harjono (IKG), Aris Suprobo (IKG), Widadi (Semanu), serta Wiyono (Sambirejo).
Tak hanya mereka, bahkan, Bupati Gunungkidul, Badingah, S.Sos turut diundang, meskipun akhirnya tidak bisa memenuhi undangan karena kesibukannya.
Dalam undangan, Bani sudah menekankan dan menegaskan bahwa tujuannya adalah mengajak makan dan ngobrol bersama. Dilarang membicarakan masalah Pemilihan Bupati Gunungkidul dan masalah politik apapun.
“Untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa pertemuan makan dan ngobrol bersama tersebut bukan agenda politik tertentu oleh Calon Bupati tertentu, saya berusaha agar transparan dan diketahui oleh publik, saya mengundang sejumlah tokoh yang saya sebutkan tadi. Termasuk Solikin, entrepreneur muda asli Nglipar yang juga cukup akrab dengan saya. Jadi saya sudah tegas, tidak boleh membicarakan pemilihan bupati Gunungkidul dan masalah politik,” tegas Bani.
Sementara itu, Sunyata, selaku salah satu peserta mengkonfirmasi peristiwa pertemuan tersebut. Bani mulanya memiliki ide secara spontan mengundang semua tokoh, teman akrab termasuk Bupati Badingah dan semua calon bupati. Sejak awal, sudah diberi ‘catatan’ tidak boleh bicara tentang politik dan Pilkada.
“Om Bani mengundang semua calon bupati, kecuali Pak Bambang Wisnu karena Om Bani belum pernah kenalan. Tapi melalui mas Benyamin, Om Bani juga minta tolong agar mas Benyamin bersama Pak Bambang Wisnu kersa hadir jika acara beliau tidak padat,” ungkap Sunyata.
Dalam pelaksanaan acara, beberapa pihak tidak bisa hadir. Adapun tokoh yang tidak bisa hadir karena padatnya acara kampanye, rapat koordinasi di luar kota, maupun acara-acara lain yang tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya hadirlah 10 tokoh Gunungkidul di RM Tiwi Tan Tlogo pada Kamis (26/11) lalu. Hanya Profesor Sutrisna Wibawa dan Sunaryanta sebagai Calon Bupati yang dapat hadir.
“Bahkan Prof. Sahid dari Fakultas Teknologi Pertanian, UGM (yang notabene Pegawai Negeri Sipil), juga hadir dan ngobrol-ngobrol serta makan bersama dan sama sekali tidak membahas Pilbup,” tegas Sunyata.
Jangan Disimpulkan Sehingga Menjadi Hoax
Ketika dikonfirmasi terkait analisa yang beredar tersebut, Prof. Sutrisna Wibawa menanggapi secara santai. Bagi mantan Rektor UNY ini, bahwa tuduhan yang diarahkan kepadanya cukup dibalas dengan senyum seraya memohon kepada Allah agar orang tersebut diampuni. Ia tidak mau berlebihan karena yang dilakukannya sebatas silaturahim dan memenuhi undangan kolega.
“Saya menghargai undangan Bapak Dr Bani untuk bersilaturahim sebagai sesama tokoh Gunungkidul. Pak Bani menyatakan bahwa pihaknya memiliki niatan sangat mulia: pertemuan ini sebagai pendidikan politik masyarakat, serta bahwa perbedaan gagasan bukan berarti kita bermusuhan. Tujuannya sama-sama untuk memajukan Gunungkidul,” imbuh Sutrisna.
Jadi, dirinya meminta kepada para pihak agar pertemuan tersebut tidak diplintir dan disimpulkan ke arah politik. “Insya Allah pasangan nomor 01 sudah mantap!” tambahnya.
Pihaknya menyarankan agar yang membuat kesimpulan tanpa dasar yang jelas kemudian menyinggung niat baik dan inisiatif dari Bani itu untuk segera meminta maaf. Utamanya kepada pihak penyelenggara serta pihak-pihak yang dirugikan. Sutrisna menilai, tidak ada yang keliru dengan permohonan maaf.
Rino Caroko Minta Maaf
Rino Caroko, sosok yang berkomentar perihal deal-deal politik Pasangan Calon 01 dan 04 di Gunungkidul akhirnya meminta maaf. Melalui pesan singkat yang dikirim, ia melakukan klarifikasi sekaligus meminta maaf kepada para pihak, terutama kepada Paslon 01 dan 04 yang keberatan ataupun merasa dirugikan atas komentarnya.
Ia mengisahkan awalnya ia berdiskusi dengan salah satu rekan wartawan. Ia melihat foto Cabup 01 dan 04 berpose sembari mengepalkan tangan layaknya salam komando. Menurutnya, foto yang menunjukkan suasana kehangatan itu merupakan pembentukan koalisi bersama antara paslon 01 dan 04.
“Saya menilai demikian sekedar dari pose tersebut. Komentarnya di WhatsApp grup akhirnya banyak diamini oleh teman-teman. Karena banyak yang sependapat, akhirnya ada rekan tertarik dan ikut mengamini layaknya informasi valid,” kata Rino.
“Kesalahan saya adalah menilai foto tersebut sebagai kesepakatan politik. Seharusnya saya konfirmasi dulu kepada Paslon 01 dan 04. Bahkan dalam pesan berantai itu tidak tertulis tanggal penulisan dan nama calon bupati baik dari Paslon 01 dan 04,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dirinya tidak berkomentar yang sifatnya mengkritik personal ataupun pribadi masing-masing Cabup. Komentar dia dilontarkan sebatas seputar foto yang sehari sebelumnya sudah ramai beredar.
“Pendapat saya soal foto tersebut adalah kesepakatan politik menjelang pemilihan. Sekali lagi inilah letak kesalahan saya,” tambahnya.
Pihaknya mengakui komentar tersebut merugikan Paslon 01 maupun 04. “Dengan kerendahan hati, saya secara terbuka berharap Cabup 01 Bapak Prof Sutrisna Wibawa, dan Cabup 04 Bapak Sunaryanto memaafkan saya,” tukas Rino. (*)