YOGYAKARTA, (KH),– Jalan hidup manusia tak selalu berjalan mulus sebagaimana yang diharapkan. Tak menyerah dan selalu bersemangat menjalaninya menjadi ikhtiyar yang patut terus dilakukan.
Sebagaimana kisah hidup Tohari (36) warga asal Kalurahan Ngoro-oro, Kapanewon Patuk, Gunungkidul ini. Lajang penyandang tuna netra ini berusaha selalu semangat dengan keterbatasannya.
Tak banyak pilihan pekerjaan yang dapat ia geluti dengan kondisi matanya yang tak mampu melihat.
“Ada teman-teman yang terjun ke dunia musik. Saya memilih jasa pijat saja,” kata Tohari saat dihubungi KH belum lama ini. Menjadi tukang pijat merupakan jalan hidup yang dipilih usai ia selesai menjalani serangkaian pelatihan khusus difabel di wilayah Bantul DIY.
Sebelum mengikuti pendampingan dan pelatihan oleh sebuah lembaga, ia lebih dulu masuk di Sekolah Luar Biasa (SLB) di wilayah Patuk. SLB menjadi lembaga pendidikan yang menggembleng dirinya setelah sebelumnya sempat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Tohari berkisah, saat sekolah SD ia tertimpa batu saat main bersama teman-temannya. Batu yang mengenai kepalanya di bagian belakang merusak saraf penglihatan.
“Sudah dirawat di RS Yap namun penglihatan mata tetap tak kembali pulih,” ujar Tohari.
Mau tak mau ia lama-lama berusaha menerima kenyataan. Sekolah di SLB, menempuh pendampingan dan pemberdayaan bersama teman-teman difabel ia jalani. Begitu juga setelah selesai menjalani program pendampingan, Tohari berusaha mandiri dengan membuka jasa pijat di tempat ia tinggal.
Usaha yang ia buka meski berjalan cukup lama sepertinya tak berangsur menunjukkan hasil membanggakan.
“Seminggu 3 hingga 5 orang saja yang meminta dipijat. Umumnya pijat capek saja,” kenang Tohari.
Sepinya peminat jasa yang ditawarkan, Tohari sejak beberapa bulan terakhir lantas memilih bergabung dengan teman senior yang membuka usaha serupa di wilayah Yogyakarta.
Dirinya bergabung di Klinik Pijat Kembali Sehat di Kalurahan Warungboto RT 28 RW 07, No 696 Umbulharjo, Yogyakarta. Ia ikut bergabung bersama Mujiyono (45) yang telah membuka jasa pijat sejak 2010 bersama istrinya, Surati.
Klinik yang ia tempati merupakan hasil sewa dengan biaya Rp 10 juta tiap tahun. Untuk itu hasil yang diperoleh Tohari disisihkan untuk ikut membayar biaya sewa tersebut.
Bergabung di Klinik pijat, Tohari mengaku memperoleh peningkatan pendapatan. Dalam sehari ia rata-rata melayani 1 hingga 2 orang.
“Saya lebih bersemangat. Bahkan jika ada orang yang meminta saya datang untuk dipijat saya usahakan segera,” ujar Tohari.
Melayani pijat panggilan dengan kondisi seperti Tohari bukan perkara mudah. Dengan tongkat alat bantu jalan, bersusah payah ia datang ke kediaman pelanggan. Ia berulang kali tersesat. Menubruk motor yang parkir hingga tersrempet kendaraan.
“Kalau tidak ada yang jemput ya saya berusaha datang sendiri,” kata Tohari melengkapi jawaban saat KH bertanya suka duka menjalani usaha jasa pijat.
“Bahagianya ya kalau paisen puas dengan pijatan saya. Keluhan yang sebelumnya dirasakan pasien kemudian sembuh atau hilang tentu saya sangat bersyukur,” timpal Tohari.
Disinggung mengenai tarif jasa pijat ia sebutkan, untuk pelanggan yang datang ke klinik cukup ditarik Rp 50 ribu. Sementara jasa pijat panggilan berbiaya Rp 70 ribu.
“Do’akan mudah-mudahan makin laris ramai pelanggan,” pinta Tohari. Masyarakat khususnya di seputar klinik atau Yogyakarta pada umunya jika ingin meminta jasa pijat Klinik Pijat Kembali Sehat dapat menghubungi Tohari di nomor 087731128223.
Sekitar beberapa bulan terakhir ini ia juga aktif mempromosikan usahanya melalui media sosial. Ia memanfaatkan aplikasi khusus telepon seluler yang memudahkan Tohari berinteraksi dengan pelanggan. [Kandar]