SAPTOSARI, kabarhandayani.– Setelah mendapat penghargaan tingkat DIY bahkan nasional atas dedikasinya melakukan konservasi terhadap lahan kritis di wilayahnya, Sudiyono SIP Kepala Desa Kepek, Saptosari segera bersiap menghadapi seleksi Kalpataru tingkat nasional.
Tahun 2014 ini dirinya mendapat dua prestasi yang membanggakan, pertama Ia behasil mendapat juara 2 kategori Pembina Lingkungan pada seleksi Kalpataru tingkat DIY, kemudian predikat terbaik ke 3 tingkat nasional pada lomba Wana Lestari kategori Desa Peduli Kehutanan, maka di tahun 2015 dipastikan mengikuti seleksi Kalpataru tingkat nasional dengan kategori yang sama Pembina Lingkungan.
Ditemui di kantornya, Kamis (4/9/2014), Ia menuturkan, bahwa prestasi tingkat nasional yang diterimanya bulan lalu adalah upayanya bersama masyarakat. Sudiyono telah melakukan banyak hal dan melalui proses panjang, dimulai dengan pendekatan sosial memberikan pengertian kepada masyarakat arti pentingnya hutan, sehingga masyarakat benar-benar sadar bahwa yang dilakukan untuk kepentingan generasi kelak yang akan datang.
Beberapa hal penting yang telah dilakukan diantaranya, pegunungan karst yang gundul mampu dirubah menjadi pegunungan rimbun, penyelamatan daerah tangkapan air (telaga), sebanyak tiga lokasi yang ada di desanya, dukungan terciptannya hutan masyarakat yaitu dengan memberikan bibit tanaman keras yang diperoleh dari BP DAS agar masyarakat memiliki hutan sendiri di tanah miliknya, dan masih banyak lagi.
“Singkatnya, sekitar 951 hektar bukit karst yang merupakan lahan kritis dengan kondisi gersang, mampu kita sulap menjadi hutan,” ungkapnya. Bukan hal luar biasa, tambahnya dataran rendah bisa dijadikan hutan itu biasa, tetapi ketika pegunungan gundul dengan sedikit kandungan air menjadi hutan itu baru luar biasa.
Kemudian untuk menghadapi seleksi Kalpataru, selain terus melakukan pengembangan apa yang telah dicapai, Sudiyono menyiapkan beberapa hal, seperti keikutsertaannya sebagai pembina di sekolah, Ia masuk pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka, menyampaikan materi terkait pengenalan hutan terutama tanaman karst kepada siswa SD, kegiatan tersebut Ia beri nama Gerakan Cinta Hutan Menyanyangi Bumi. “Pemahaman kepada generasi penerus itu penting,” tandasnya.
Ditambahkan pula dalam persiapannya, Ia akan mendeklarasikan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS). dahulu sekitar tahun 2011 wilayahnya merebak adanya penyakit diare, salah satunya diakibatkan kebiasaan warga buang air besar sembarangan, karena belum memiliki jamban model septic tank sehingga terpaksa dilakukan di bukit, semak-semak, dan lainnya. “Sekarang tidak ada BABS lagi, DIY juara dua, nasionalnya mudah-mudahan juga,” harapnya. (Kandar/Hfs)