Song Tritis Rongkop, Pernah Dihuni Manusia Pra Sejarah Ras Mongoloid

oleh -2444 Dilihat
oleh
Mulut Ceruk atau Song Tritis di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop. Foto: DIsbud. Gunungkidul.
Mulut Ceruk atau Song Tritis di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop. Foto: DIsbud. Gunungkidul.

RONGKOP, (KH)— Berdasar hasil penelitian Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) DIY, di Song atau ceruk dan gua di Gunungkidul pernah ditemukan bukti hunian manusia prasejarah berupa artefak tulang dan batu.

Ceruk atau goa payung itu memiliki sirkulasi udara yang baik, memperoleh cahaya matahari dan dekat dengan sumber air berupa telaga atau sungai bawah tanah.

Disampaikan Kepala Bidang Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, Ir Winarsih beberapa waktu lalu, Seperti di Song Tritis, salah satu Ceruk di Gunungkidul ini merupakan salah satu tempat hunian manusia purba. Berdasar penelitian dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Song Tritis pernah menjadi situs hunian purba sekitar 11.000 tahun silam.

Song yang terletak di Padukuhan Semampir, Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul ini menghadap ke arah tenggara dengan ketinggian 238 mdpl. Dimana di depan pintu goa terdapat anak tangga dari semen. “Oleh masyarakat sekitar, Song Tritis sering digunakan sebagai tempat upacara adat,” terang Winarsih.

Dilanjutkan, mulut Song memiliki lebar 100 m dengan tinggi 30 m serta kedalaman 25 m. Song ini merupakan salah satu song yang sulit dijangkau karena banyak semak belukar serta tumbuhan liar di sepanjang jalan menuju ke song.

Diinformasikan, Balai Arkeologi Yogyakarta pernah melakukan ekskavasi pada tahun 1999, 2000, dan 2001. Ekskavasi ini telah menggali goa hingga kedalaman tiga meter dan memunculkan sisa-sisa kehidupan manusia zaman dahulu.

“Sisa-sisa kehidupan manusia purba ditunjukkan dengan temuan rangka manusia yang relatif utuh berciri ras Mongoloid, dan individu wanita dewasa ditemukan di lapisan atas dalam posisi penguburan primer terlipat, yang menyatu dengan himpunan alat batu, alat tulang (bekal kubur) dan fragmen tulang monyet (macaca sp) yang sangat berlimpah,” urainya.

Data tersebut, tambah Winarsih, menunjukkan suatu bukti tentang suatu hunian goa yang otentik, dimana manusia pendukung budayanya selama lebih dari 8.000 tahun telah mengembangkan teknologi alat serpih dan spatula maupun lancipan tulang secara konsisten, yang merupakan perkakas untuk melakukan perburuan binatang.

Dipastikan, monyet merupakan binatang favorit dalam perburuan pada masa itu yang kadang-kadang disertai perburuan binatang besar, seperti Bovidae dan Carvidae dengan jumlah yang lebih sedikit. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar