Shalawatan dan Reyog Nirboyo dari Gading VIII,IX dan X ikut Karnaval Budaya Selendang Sutera 2014

oleh -2311 Dilihat
oleh

YOGYAKARTA,(KH)–Padukuhan Gading VIII, IX dan X Desa Gading, Kecamatan Playen diberikan kepercayaan oleh Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta untuk berpartisipasi dalam karnaval budaya Selendang Sutera (Semarak Legenda Suku Nusantara). Setidaknya 120 warga Dusun Gading VIII, IX dan X berpartisipasi dalam karnaval budaya yang dilaksanakan pada Minggu (09/10/2014) menempuh rute dari Kepatihan menuju Dalem Puro Pakualaman.

Karnaval Budaya Selendang Sutera adalah satu acara di penghujung tahun 2014, yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, melibatkan 31 kontingen pilihan dari empat Kabupaten dan Kota di Yogyakarta, dipilih oleh Dewan Artistik. Ketigapuluh satu kelompok tersebut terdiri dari Komunitas Upacara Adat seperti Kupatan Jolosutro, Bekakak dan lain-lain, dan Kreativitas Seni seperti topeng Sesinglon, Reyog Nirboyo maupun shalawatan.

Shalawatan sebagai salah satu bentuk seni tradisional yang hampir punah, berhasil direvitalisasi oleh masyarakat Tiga Padukuhan tersebut dan disajikan dalam Karnaval Budaya Selendang Sutera. Adapun Reyog Nirboyo sebagai seni kreativitas yang terinspirasi oleh Edan-edanan di Kraton Yogyakarta, juga berhasil menarik perhatian penonton.

Baik Shalawatan maupun Reyog Nirboyo merupakan kerjasama dan partisipasi berbagai elemen warga masyarakat, kasepuhan, karangtaruna, PKK dan bahkan anak-anak sekolah di Lingkungan Padukuhan Gading VIII, IX dan X. Hal tersebut diatas menunjukkan kerjasama dan persatuan warga dalam nguri-uri budaya Jawa, sehingga tetap dimiliki warga pendukungnya.

Dalam waktu singkat, warga sangat antusias dan bersemangat untuk mengemas sajian karnaval budaya tersebut, sehingga dapat tampil sesuai kriteria yang ditetapkan.

Karnaval Budaya Selendang Sutera 2014 yang telah terlaksana dengan sukses merupakan pengalaman yang sangat baik dan menjadi penyemangat warga Padukuhan Gading VIII, IX dan X untuk lebih giat lagi mempertahankan dan nguri-uri kesenian tradisionalnya. (Inug/Bara)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar