PLAYEN, (KH)-– Bergeliatnya wisata memang berdampak pada dunia usaha khususnya bidang kuliner dan souvenir, baik berbentuk restoran, warung makan atau toko oleh-oleh. Dampak paling sederhana ini diharapkan dapat ditangkap oleh Usaha Kecil Menengah (UKM) milik masyarakat pemroduksi olahan makanan lokal dan usaha bidang lain.
UKM atau unit usaha masyarakat penyedia olahan makanan dan cinderamata yang ada belum secara keseluruhan mampu menangkap peluang pasar yang semakin terbuka. Beberapa asosiasi dan paguyuban terbentuk dengan latar belakang sama, sebagai UKM yang berada dibawah binaan instansi pemerintah, salah satunya bertujuan pula untuk memudahkan dalam hal pemasaran, disamping beberapa tujuan lain yang mengarah pada peningkatan profit.
Tidak sebatas UKM yang telah lama berdiri, terlebih bagi yang masih baru, akan selalu berusaha menciptakan produk dengan kualitas terbaik, diikuti pula dengan pasar seluas-luasnya. Hal ini yang lantas menjadi misi sebuah asosiasi atau paguyuban itu berdiri.
Memiliki interest dalam hal itu pula, sebuah komunitas baru terbentuk. Komunitas yang bertujuan untuk pemberdayaan ekonomi umat ini sebagai bentuk kepedulian lembaga penelitian dan dunia usaha yang dinilai bonafide untuk mengangkat UKM lokal, terlebih mereka masih dalam taraf rintisan.
Beberapa lembaga yang tergabung ikut menginisiasi adanya komunitas ini diantaranya BMT Nurul Ilmi Mitra Mandiri (NIMM), LIPI Gading dan restoran Warung SS. Disampaikan salah satu pengurus, Hartono, Beberapa tujuan ingin diraih melalui komunitas ini, seperti membuka lebih luas kesempatan UKM lokal untuk memsarkan produknya, kemudian juga terkait bagaimana proses produksi setiap jenis olahannya dengan kondisi terbaik.
“kita bersinergi, dunia usaha yang menjadi bagian dari kami bersedia menyediakan galeri khusus sebagai pemasaran produk-produk yang dimiliki anggota komunitas,” terangnya, Sabtu, (23/7/2016).
Selain itu, LIPI yang tergabung sesuai dengan perannya akan memberikan dukungan dalam hal proses produksi serta mengatasi permasalahan yang dihadapi UKM dengan rekayasa teknologi serta ilmu penelitian yang dimilki. Beberapa diantaranya bertujuan bagaimana agar produk olahan bertahan lama serta bagaimana membuat kemasan memiliki kualitas terbaik.
Permasalahan masih dibanjirinya toko oleh-oleh oleh produk luar juga menjadi salah pemicu berdirinya komunitas ini, sebuah kesepahaman dibangun, pengusaha-pengusaha lokal yang tergabung saling mereferensikan mengenai produk yang dimiliki sesama anggotannya kepada pembeli.
“Meskipun sesama anggota memiliki produk sama, tidak ada saingan saling menjatuhkan, misalnya saling koreksi rasa satu sama lain. Kemudian juga mereferensikan produk anggota kepada pembeli apabila mencari suatu produk di daerah tetentu,” ungkap Hartono.
Dirinya menyampaikan, Komunitas binaan BMT NIMM ini apabila ada masyarakat yang memiliki usaha dengan suatu produk, komunitas sangat terbuka bagi anggota baru yang ingin bergabung, pertemuan yang diselenggarakan sebulan sekali ini telah diikuti sedikitnya 20 pengusaha lokal Gunungkidul.
“Kita merintis sebuah komunitas, menjalin kerjasama untuk memberikan peluang bagi pengusaha lokal menangkap peluang pasar yang lebih besar,” kata perangkat desa, Desa Gading ini menyudahi perbincangan. (Kandar)