Sapi yang Terkonfirmasi Antraks dari Ponjong Sempat Dijual ke Panggang dan Klaten

oleh -1949 Dilihat
oleh
Antraks
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, drh. Retno Widyastuti. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),– Ada 15 ternak mati di Gunungkidul yang terkonfirmasi terinfeksi Antraks. Ternak-ternak tersebut berasal dari Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari dan Kalurahan Gombang Kapanewon Ponjong.

Dari serangkaian kematian hingga diketahuinya terdapat penularan Antraks setelah dilakukan pengujian sampel darah atau sisa bagian tubuh sapi oleh Balai Besar Verteriner (BBVet) Bogor. Penularan bakteri juga diduga dialami warga masyarakat Gedangsari dengan gejala mengeluh sakit layaknya terkena Antraks.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan, drh. Retno Widyastuti, menyampaikan, rentetan sapi sakit hingga berujung kematian ternak yang tergolong awal justru terjadi di Gombang, Ponjong, Gunungkidul. Peristiwanya terjadi pertengahan Desember 2021 lalu.

“Kami memang menerima laporan, kemudian sampel darah atau bagian tubuh sapi diambil untuk diuji. Pengujiannya hampir bersamaan dengan sapi yang dikonsumsi bersama-sama di wilayah Gedangsari,” kata drh. Retno Widyastuti, saat ditemui Rabu, (3/2/2022) kemarin.

Menjadi menular, kata dia, karena warga dari dua wilayah itu, baik Hargomulyo dan Gombang sama-sama menyembelih dan memakan daging sapi yang belakangan diketahui Antraks.

Sebetulnya, Retno menegaskan, jika saja sapi yang sakit kemudian mati langsung dikubur, kemungkinan kecil terjadi penularan. Karena disembelih lalu dikonsumsi, bakteri kemudian menyebar dan menular.

“Jadi tidak hanya di Gedangsari yang sakit kemudian disembelih, di Ponjong juga demikian. Bahkan sapi sakit dan daging dari sana ada yang dijual ke Kapanewon Panggang hingga ke Klaten,” terang Retno.

Pihaknya memastikan, hingga saat ini belum terjadi penularan di wilayah Kapanewon Panggang.

“Belum, semoga tidak ada. Tadi UPT Puskeswan Panggang dan Laborat sudah membersihkan lokasi dan injeksi antibiotik di lingkungan sekitar,” katanya saat dimintai perkembangan informasi, Kamis, (3/2/2022).

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengutarakan, sejauh ini di
Kapanewon Panggang tidak ada warga yang memiliki gejala mirip terkena Antraks. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar