GUNUNGKIDUL, (KH),– Kondisi pandemi dengan Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku di Jawa Bali termasuk di Kabupaten Gunungkidul mengharuskan dilakukan penutupan destinasi wisata.
Kebijakan pemerintah ini dilakukan demi keselamatan dan kesehatan masyarakat dari ancaman peryebaran virus Covid-19. Kebijakan penutupan destinasi wisata membuat aktivitas wisata termasuk di dalamnya desa wisata menjadi terhenti sementara.
Sementara itu Kemeparekraf memprediksi bahwa Desa Wisata akan menjadi primadona pariwisata masa depan Indonesia pasca pandemi Covid-19. Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan, desa wisata merupakan masa depan pariwisata Indonesia dan simbol kebangkitan ekonomi. Langkah yang harus dipersiapkan adalah penerapan CHSE, yaitu Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan serta Digitalisasi Desa Wisata.
Kepala Dinas Pariwisata, Ir. Asti Wijayanti, M.A mengatakan, peran digital saat ini penting diterapkan oleh pengelola desa wisata termasuk di Gunungkidul untuk memudahkan menjalankan serangkaian pelayanan. Pengelola desa wisata dituntut mempunyai kecakapan dasar untuk menggunakan berbagai media digital sebelum menerapkannya.
“Digitaslisasi desa wisata dapat diterapkan pada pemanfaatan media sosial untuk promosi, edukasi dan informasi. Nembuat konten menarik berupa poster, foto maupun video ; membuat webinar atau digital tourism di kawasan desa wisata; membuat sistem reservasi online dan pendataan wisatawan; pemasaran produk desa wisata secara digital, serta menerapkan transaksi non tunai/cashless,” papar Asti, Selasa (10/8/2021).
Sementara itu Kabid Pemasaran dan Bina Usaha Ekraf, Yuni Hartini menyatakan, walaupun aktivitas pariwisata terhenti sementara, dia optimis pandemi akan segera berlalu dan kunjungan wisata termasuk di desa wisata akan bergairah kembali.
Yuni menambahkan, promosi dan penyebaran informasi harus tetap dilakukan untuk memperkuat citra desa wisata di Gunungkidul dan mempersiapkan ledakan kunjungan pasca pandemi. Berdasar hal tersebut Dinas Pariwisata Gunungkidul menginisiasi program inovatif Si Dewi Sintal (Sinergi Desa Wisata Promosi melalui Media Digital ) untuk peningkakatan promosi dan informasi desa wisata di Kabupaten Gunungkidul.
“Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola desa wisata dalam memanfaatkan media sosial, digital dan website untuk keperluan promosi dan informasi. Diharapkan desa wisata mempunyai akun media sosial yang kuat dan mantab serta melakukan kegiatan promosi secara mandiri,” harap Yuni.
Selain itu, lanjut dia, program ini bertujuan untuk membuat sinergi promosi antar desa wisata maupun dengan Dinas Pariwisata.
Pelaksana program Si Dewi Sintal, Kasi Promosi dan Informasi, Purnomo Sumardamto mengatakan, implementasi program berwujud pelatihan dan pendampingan kepada pengelola desa wisata khususnya admin media sosial mengenai bagaimana mengelola media sosial yang baik dan membuat konten yang menarik.
Menurut Damto, pada tahap awal ini program Si Dewi Sintal menyasar 12 Desa Wisata yang telah ditetapkan melalui SK Bupati Gunungkidul yaitu Desa Wisata Girisuko, Mulo, Pampang, Kampung, Putat, Ngalang, Beji, Nglanggeran, Pacarejo, Ngestirejo, Bleberan dan Umbulrejo.
“Pelatihan dan pendampingan dilaksanakan pada tanggal 6 – 13 Agustus 2021 di masing-masing desa wisata. Selanjutnya implementasi dan monitoring akan dilaksanakan sampai akhir bulan Agustus 2021,” kata Damto.
Ketua Forkom Desa Wisata, Agung Nugroho, S.Sos menyambut baik dan mendukung program Si Dewi Sintal. Agung berharap program ini memberi motivasi pengelola desa wisata untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam melakukan sinergi promosi bersama. Agung juga optomis pasca pandemi, tingkat kunjungan di Gunungkidul akan tinggi termasuk di destinasi Desa Wisata. (Kandar)