YOGYAKARTA, (KH),– Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diterapkan oleh pemerintah sejak awal Juli tahun 2021 mengakibatkan banyak pro dan kontra di tengah masyarakat. Upaya menekan angka penularan CODID-19 itu membuat perekonomian seakan lumpuh.
Semenjak diberlakukan bahkan terus-menerus diperpanjang, berbagai wirausaha baik penyedia produk barang dan jasa milik masyarakat mengalami kerugian. Hal yang sama dialami penyedia kuliner sate kambing yang berada di Jalan Parangtritis Km 15.
Penyedia olahan makanan berbahan baku daging kambing ini tak bisa menghindar dari imbas PPKM. Poin aturan yang membuatnya sepi pelanggan yakni larangan makan di tempat.
Salah satu pedagang sate, Sukoco menyampaikan, sepinya pelanggan disusul dengan naiknya harga bahan baku dan pendukung olahan sate.
“Omset menurun, malah disusul daging kambing, rempah-rampah, arang dan hampir semua bahan yang dibutuhkan harganya naik, namun penghasilan hanya sedikit,” ujar Sukoco beberapa waktu lalu.
Guna mempertahankan jumlah kunjungan, dia aktif memanfaatkan media sosial untuk berjualan sate. Baik menggunakan Instagram, Facebook, hingga Whatsapp.
Kendati tak signifikan, ia merasa ada pengaruh atas pemanfaatan fasilitas jejaring sosial secara on line tersebut.
Ia mengaku bersyukur omset perlahan kembali naik dalam setiap harinya. Usia warung sate yang telah menginjak 16 tahun juga punya andil tersendiri terhadap jumlah kunjungan. Banyak pelanggan lama yang masih setia membeli sate bikinan Sukoco.
Kini Sukoco lebih sumringah. Sebab, belakangan status PPKM di DIY diturunkan ke level 1. Kunjungan ke warung makan tak ada lagi pembatasan. Pemilik rumah atau warung makan bisa menerima tamu dengn kapasitas 100 persen.
Dia berharap pandemi benar-benar berakhir. “Semoga omset penjualan kami pulih seperti sebelum ada pandemi,” tukas Sukoco.
Penulis : Niky Prastio (Mahasiswa Prodi Management Semester 4 Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta)