GUNUNGKIDUL, (KH),– Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad berhasil mengembangkan tanaman melon jenis Inthanon. Budidaya melon tersebut merupakan perwujudan program smart farming yang digagas Ponpes dalam rangka menuju kemandirian ekonomi Ponpes.
“Hasil budidaya melon ini akan dipasarkan di luar negeri dan mencukupi kebutuhan melon beberapa super market,” kata pimpinan Ponpes Darul Qur’an Wal Irsyad, KH. A. Kharis Masduqi seusai panen perdana Melon, Sabtu, (4/6/2022).
Dia menambahkan, program smart farming ini selain melatih para santri untuk bertani juga merupakan salah satu usaha kemandirian ekonomi pesantren. Diharapan lulusan Ponpes kelak berani terjun ke dunia enterpreneur bidang agrobisnis atau menjadi petani milenial.
“Menjadi badan usaha mandiri pondok dan meningkatkan daya tarik juga bagi santri terutama bidang pertanian,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, pendamping program penamaman melon Inthanon Fahid Nurarosid mengatakan, saat ini Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad baru bisa menanam kurang lebih 1000 batang karena keterbatasan lahan dalam Green House.
Melon Inthanon merupakan melon hibrida yang bibitnya diimpor dari Belanda. Melon yang memiliki warna kuning ini memiliki masa panen yang cukup singkat yakni 75 hari. Saat panen setiap buah rata-rata memiliki berat 1,8 kilogram.
Fahid juga menjelaskan, Melon Inthanon atau golden emerald ini tergolong melon yang langka di Indonesia. Ciri khas dari melon jenis ini mempunyai kulit golden dengan net yang cantik dan daging buah berwarna hijau yang segar dan menarik. Tekstur daging buahnya lembut dan renyah.
“Budidaya ini kita buat lebih modern, menggunakan green house, dan mesin yang tersambung internet of thinks, dimana terdapat sistem melalui sensor-sensor yang sudah dipasang dapat memantau proses penyiraman dan pengaturan suhu ruangan,” paparnya.
Fahid juga mengatakan, untuk belajar budidaya ini ada pelatihan yang diterima oleh para santri selama 14 hari di salah satu ponpes di Bandung. Ilmu yang mereka dapat kemudian diterapkan di Pondok Pesantren Darul Qur’an Wal Irsyad yang berada di Ledoksari, Kepek , Wonosari, Gunungkidul.
“Setiap panen 70 persen akan kita ekspor salah satunya di Qatar. Sementara 30 persen akan kita jual untuk pasar lokal,” paparnya.
Sementara Bupati Gunungkidul yang hadir dalam panen perdana mengatakan, program tersebut dinilai sangat baik untuk mendorong ekonomi kreatif pesantren. Budidaya ini diharapkan dapat menjadi role model dan dapat dikembangkan oleh masyarakat maupun ponpes lain.
“Saya berharap progam seperti ini dapat diikuti ponpes yang lain sehingga akan berdampak pada penguatan ekonomi kabupaten,” harapnya.
Dalam panen perdana hadir Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Direktur Pembiayaan Syariah LPDB-KUMKN, Ketua DPRD Kabupaten Gunungkidul beserta jajarannya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Gunungkidul, Kepala Dinas Pertanian Kab. Gunungkidul, Pimpinan PP. Al Ittifaq Bandung, Ketua Hebitren Korwil DIY dan Rois Syuriah PCNU Gunungkidul. (Kandar)