GUNUNGKIDUL, (KH),– Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Purnomo, mengungkapkan perubahan yang signifikan mengenai cakupan luas wilayah Gunungkidul yang terdampak kekeringan.
Wilayah yang terdampak kemarau di Gunungkidul tahun ini lebih luas dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, Gunungkidul menghadapi musim kemarau basah, sehingga wilayah yang terdampak lebih terbatas.
Namun, tahun ini, situasinya berbeda. BPBD Gunungkidul harus merespons permohonan dari sembilan Kapanewon. Adapun tahun lalu, wilayah yang terdampak kekeringan hanya terjadi pada enam Kapanewon.
Pada tahun lalu, BPBD Gunungkidul mengirimkan sebanyak 412 tangki air untuk membantu daerah yang terkena dampak kekeringan.
Dengan terjadinya musim kemarau yang lebih kering, BPBD telah menyiapkan sebanyak 1.060 tangki air sebagai upaya untuk mengatasi sulitnya masyarakat memenuhi air bersih.
Hingga saat ini, BPBD telah mendistribusikan 265 tangki air. Sehingga masih tersisa 795 tangki yang disiapkan untuk persediaan selama dua bulan ke depan.
Dirinya menghimbau kepada para pihak yang hendak melakukan bantuan penyaluran air bersih untuk selalu berkoordinasi dengan BPBD Gunungkidul. Hal ini dilakukan agar penyaluran air bersih dapat tepat sasaran.
“Siapapun kami persilahkan untuk membantu masyarakat. Akan tetapi harus selalu koordinasi agar lebih tepat sasaran,” pintanya baru-baru ini.
Situasi ini menunjukkan betapa seriusnya tantangan kekeringan yang dihadapi oleh Pemkab Gunungkidul, khususnya BPBD.
Lebih jauh disampaikan, kondisi kekeringan di wilayah Gunungkidul lebih banyak terjadi di sisi selatan dan sebagian sisi utara, seperti misalnya di Kapanewon Gedangsari.
Sebagaimana diketahui, prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau di wilayah Gunungkidul diperkirakan akan berlanjut hingga Bulan Oktober mendatang. Hal ini menandakan bahwa upaya penanganan kekeringan harus terus dilakukan dengan cermat dan efisien.
BPBD Gunungkidul pun berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat lokal, guna mengatasi tantangan kekeringan ini. Dalam situasi yang semakin kompleks, kerjasama antar instansi dan kesadaran akan pentingnya konservasi air akan menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat Gunungkidul.
Selain dropping air untuk penanganan darurat bencana kekeringan, Pemkab Gunungkidul juga berkomitmen untuk mengatasi persoalan sulitnya pemenuhan air dengan berbagai cara. Diantaranya melalui pembangunan fasilitas air, seperti Pamsimas. Dalam realisasinya, Pemkab juga memperoleh dukugan Pemerintah Provinsi hingga Pusat.
Ada beragam program yang kemudian bergulir untuk mengatasi masalah tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain Program Pamsimas, upaya optimalisasi sungai bawah tanah juga telah dilakukan, termasuk program revitalisasi telaga yang berlokasi di kabupaten terluas di DIY ini. Tujuannya adalah untuk memastikan kebutuhan air masyarakat senantiasa tercukupi.
Muhammad Fajar Nugroho, Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunungkidul, menjelaskan bahwa Program Pamsimas telah berjalan selama beberapa tahun terakhir dan telah menyasar beberapa kalurahan di wilayah Gunungkidul. Setiap tahunnya, program pembangunan saluran air ini terus berlanjut. Pada tahun ini, enam titik Pamsimas sedang dibangun di berbagai lokasi di Gunungkidul.
Enam titik Pamsimas tersebut terletak di Kalurahan Bendung, Kapanewon Semin; Kampung, Kapanewon Ngawen; Tegalrejo dan Serut di Kapanewon Gedangsari, serta di Kalurahan Bleberan, Playen, dan Pengkok di Kapanewon Patuk. Pemerintah mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk pembangunan ini, dengan total anggaran tahun ini mencapai Rp2,4 miliar. Setiap titik Pamsimas menerima dana sebesar Rp400 juta.
Muhammad Fajar Nugroho menekankan, bahwa upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih terus dilakukan, dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan mereka. Saat ini, data menunjukkan bahwa 89 persen masyarakat di Kabupaten Gunungkidul telah memiliki akses air bersih. Upaya tersebut terus berlanjut untuk meningkatkan angka ketercukupan air demi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. (Kandar)