PLAYEN, (KH),– Senin, (26/2/2018) dini hari warga di Padukuhan Klepu, Desa Banyusoca, Kecamatan Playen mendadak gempar. Warga setempat, Komyani alias Tuni ditemukan oleh orang tuanya sendiri sudah meregang nyawa dengan gantung diri di dalam rumah.
Terikan minta tolong Wagiman (60), orang tua Tuni memecah keheningan kampung perbukitan karst di bagian barat wilayah Kecamatan Playen itu. Warga dusun setempat beramai-ramai datang. Mereka penuh keheranan. Bagaimana tidak? Tuni seorang duda berusia 27 tahun itu baru saja tiba dari perantauan beberapa jam sebelumnya. Lantas tiba-tiba ditemukan sudah mati dengan seutas tali.
Lebih-lebih sebagian warga lain yang tak tahu kepulangan Tuni. Tanya mereka seolah tak henti. Beberapa bulan lalu keberangkatannya ke Riau Sumatera belum juga hilang dari ingatan. Lantas mendadak tersiar mati diselimuti keganjilan.
Penuturan Ketua RT setempat, Haryanto, sebelumnya, Tuni tiba di rumah sepulang dari perantauan sekitar pukul 20.00 WIB. Di rumah, ayah Tuni tinggal sendirian. Anggota keluarga yang lain, dua kakak Tuni berada di Riau Sumatera.
Wagiman, orang tua Tuni tak ada firasat apapun atas kepulangan anak bungsunya itu. Malam itu keduanya berbincang sebentar. Tuni lantas meminta bapaknya mengambil sepeda motor di wilayah Girisuko Panggang.
“Bapaknya kemudian berangkat ke Panggang mengambil motor. Ternyata itu siasat Tuni,” ujar Haryanto diselimuti kebingungan.
Haryanto menduga, Tuni telah mengalami kekalutan pikiran sebelum sampai di kampung halaman. Ada permasalahan keluarga dan lingkungan yang dihadapi, lalu dipendam sendiri. Ia enggan menyampaikan. Ia tak mampu mengkomunikasikan kepada orang lain.
Lanjut Haryanto, sesampainya di rumah dari mengambil sepeda motor, Wagiman mendadak kaget. Sebab, rumah dalam keadaan terkunci. Sementara lampu di ruang tengah juga padam. Beberapa kali memanggil tidak ada sahutan. Ia kemudian membuka pintu secara paksa.
Setelah berhasil masuk, Wagiman tercengang. Ia mendapati anaknya tergantung di pilar rangka rumah dalam kondisi sudah tak bernyawa. Sontak jeritan dan teriakan minta tolong keluar dari mulut Wagiman. Kejadian kematian yang tidak wajar itu akhirnya sampai ke pihak berwajib.
Sejumlah penanganan sesuai prosedur sebagaimana dilakukan pada kasus serupa dilakukan. Tim medis bersama anggota Polsek Playen mengambil peran masing-masing. Setelah dinyatakan pihak berwenang kematian Tuni murni secara gantung diri, jasad lantas diserahkan ke pihak keluarga.
Sani, seorang nenek yang tinggal tidak jauh dari lokasi kejadian menyebutkan, perawatan atau pangrukti jenazah tetap dilakukan selayaknya kematian pada umumnya dilakukan. Warga dusun tak membeda-bedakan. Jenazah tetap dimandikan, disholatkan, dan dikuburkan selayaknya yang diperlakukan kepada warga dusun pada umumnya.
Ditanya apakah ada desas desus masyarakat yang mengaitkan peristiwa tersebut dengan pulung gantung, Sani menjawab, tidak ada. “Tidak ada yang berbicara seperti itu (red; pulung gantung),” tandas Sani.
Menurut Sani, masyarakat lebih banyak mengurai deretan kisah hidup yang dialami Tuni sebelum meninggal dunia bunuh diri. Warga berpendapat, kisah Tuni memang pelik.
Sementara itu, dalam laporan atau rilis peristiwa yang dikeluarkan Polsek Playen, Tuni diduga mengalami depresi sehingga melakukan bunuh diri. (Kandar)