Pelajaran Etika Kehidupan Bangsa pada Pilpres 2014

oleh -2012 Dilihat
oleh

Penulis: SUMARYANTO

KABARHANDAYANI,– Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah ketok palu menetapkan satu pasangan Calon Presiden (Capres). Ternyata panasnya suhu politik negeri ini belum juga mereda. Selama ini dan hingga kini berbagai manuver politik disuguhkan para elit yang notabene ditujukan untuk kepentingan bangsa dan negara atas nama keadilan dan kebenaran.
Namun, banyak rakyat dibuat bingung, seakan dibodohi dengan adegan nasional saat menghadapi dan paska Pilpres ini. Dimulai dari kampanye hitam, saling memojokkan, menghina, dan saling fitnah selalu menghiasi media masa. Apa lagi media sosial, media ini seakan menjadi ajang bersuara tanpa filter apapun untuk saling menyatakan kebenaran menurut versi masing-masing individu dan kelompok.
Berita di media masa juga menjadi simpang siur. Media masa seakan telah diperdaya oleh kekuatan politik dan meninggalkan independensi serta asas keberimbangan. Akibatnya, rakyat dibuat bingung, menyebabkan akar rumput ikut bersuara dengan sumber yang belum tentu kebenarannya. Akhirnya mereka saling berdebat, menghujat, hingga menimbulkan kebencian di kedua belah pihak.
Beruntung, tidak semua rakyat mudah dibodohi. Seandainya mereka mampu dibodohi, suatu saat kebodohan itu pasti akan terkikis hilang seiring dengan terungkapnya fakta dan kebenaran. Rakyat semakin jeli memperhatikan drama politik yang terjadi. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menertawakan suara dari para elit politik yang menurutnya sebuah kebenaran. Rakyat yang seperti ini telah mengetahui bahwa yang mereka lihat dan dengar adalah sebuah strategi memenangkan kompetisi dengan menghalalkan segala cara.
Dengan semua ini, apa yang sebenarnya dipetik oleh rakyat? Kebencian, kebodohan, ataukah mereka semakin pintar membaca permainan politik negeri ini? Bagaimana pula etika para elit politik kita dalam memberikan pelajaran demokrasi pada rakyat? Apakah etika ini memang tak pernah mereka pikirkan?
Etika adalah kesediaan jiwa akan kesusilaan atau kumpulan peraturan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan etika politik merupakan prinsip moral tentang baik buruknya perilaku serta kesusilaan dan sopan santun dalam berpolitik.
Etika politik harus ditekankan pada setiap klaim dan statemen agar dapat dipertanggungjawabkan pada prinsip-prinsip moral dasar. Tak hanya asal bicara, semua harus dipertaruhkan untuk membantu masyarakat dalam mengejawantahkan ideologi negara yang luhur ke dalam realitas politik yang nyata.
Ketika melihat drama politik para elit selama Pilpres ini, rasanya kenyataan yang kita lihat sekarang masih jauh dari kriteria sopan dan santun dalam menerapkan etika berpolitik. Mungkin mereka tidak sadar, tujuan untuk membangun bangsa yang terlalu sering digembor-gemborkan bisa saja ditertawakan rakyat, karena mereka telah keluar dari rel yang seharusnya tetap mereka tempuh.
Alhasil, pelajaran etika bangsa setelah Pilpres ini,  bisa saja rakyat semakin sadar bahwa apa yang mereka lihat sekarang ini adalah sesuatu hal yang tak patut mereka tiru dan diwariskan pada generasi mendatang. Atau, mungkin saja rakyat akan semakin pintar meniru gaya dan strategi politik yang selama mereka lihat sehingga nantinya akan menghasilkan generasi yang semakin picik dan bermental kerdil. Mungkin kita tak menyadari bahwa etika politik semacam ini akan mencerminkan etika kehidupan bangsa dan negara mereka sendiri.
Penulis adalah wartawan paruh waktu Kabarhandanyani. Sehari-hari berprofesi sebagai tenaga pengajar di salah satu SMA di Gunungkidul

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar