WONOSARI, (KH),– Ada 11 pelajar asing, Selasa, (8/10/2019) belajar membuat salah satu item busana jawa, yakni Blangkon di Kampung Batik Manding Siber Kreasi, Desa Kepek, Wonosari, Gunungkidul.
Kedatangan pelajar dari Heerbeeck Collage Best – Netherlands tersebut ke dusun yang menjadi sentra batik itu merupakan rangkaian paket kegiatan selama berada di Gunungkidul. Selama di Gunungkidul pelajar yang didampingi guru tersebut menginap di Resto dan Home Stay Desa Wisata Jelok.
Pengelola Resto dan Home Stay Desa Wisata Jelok, Tinus Tri Sulistyo mengungkapkan, kunjungan sekaligus kegiatan live in yang dilaksanakan pelajar setingkat SMA dari Belanda tersebut merupakan agenda rutin.
“Kami sudah bekerja sama dengan lembaga pendidikan asing itu. Selama kegiatan live in diselenggarakan berbagai workshop yang erat dengan seluk beluk ‘Jawa’. Bagaimana bertani, bebahasa Jawa, membatik, bikin Blangkon dan lain-lain,” ujarnya.
Sebelumnya, untuk memberikan layanan paket kegiatan selama live in, dirinya melibatkan pelaku industri ekonomi kreatif seputar pariwisata di Yogyakarta. Semenjak di Gunungkidul tepatnya di Kampung Batik Manding dapat memfasilitasi kebutuhan rangkaian live in, Tinus segera mengaksesnya.
Pegrajin batik sekaligus pencetus Kampung Batik Mading Siber Kreasi, Guntur Susilo menyebutkan, kegiatan membuat kaos batik dan membuat Blangkon di tempat workshopnya merupakan salah satu rangkaian pengisi Program students Immersion.
“Kami kenalkan batik, termasuk bagaimana membuatnya. Tak hanya pada media kain, kami juga membatik caping serta membuat Blangkon,” kata dia. Menurut Guntur, berbicara menggaet wisatawan manca tak bisa lepas dengan kemasan layanan pariwisata yang kreatif. Termasuk menggabungkannya dengan hal-hal bersifat edukatif. Sehingga, kata dia, yang perlu ditekan untuk memberikan kesan bermakna dari kegiatan wisata yakni bagaimana konsep ekonomi kreatif seputar wisata dibuat.
Siswa dari Heerbeeck Collage Best nampak antusias mengikuti kegiatan workshop. Nampak sekali bahwa batik dan Blangkon merupakan hal yang benar-benar baru bagi mereka.
“Kami sudah tiga hari di sini. Kami cukup senang bisa belajar batik dan membuat penutup kepala (red: Blangkon),” ujar Noe salah satu siswa asal belanda peserta kegiatan live in di Gunungkidul. (Kandar)