WONOSARI, (KH),– Pemenuhan air bersih bagi sebagian masyarakat Gunungkidul utamanya saat musim kemarau masih dinilai memberatkan. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Handayani Gunungkidul selalu berusaha mengatasi dan mengurangi beban persoalan warga tersebut, salah satunya dengan menambah Sambungan Rumah (SR) tiap tahun.
Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh pihak PDAM, mulai dari penambahan alat produksi hingga penambahan sumur bor utama untuk mengejar pelayanan yang lebih maksimal. Namun tetap diakui bahwa keluhan masyarakat terhadap pelayanan penyediaan air ini masih sering muncul. Hal ini disampaikan oleh jajaran Pengurus PDAM Tirta Handayani Gunungkidul, saat agenda ramah tamah dengan media di Omah Kayu Wonosari, Rabu (27/1/2021).
Sekertaris Dewan Pengawas PDAM Tirta Handayani, Bambang Prihanto, dalam sambutannya menyampaikan, untuk lebih memaksimalkan kinerja PDAM dalam melayani masyarakat, pihaknya akan bekerja lebih keras melakukan pengawasan.
“Badan Pengawas beranggotakan 3 unsur, dua dari birokrasi dan satu dari independen. Komitmen kami adalah membantu optimalisasi manajemen pengawasan menuju tata kelola kerja yang baik,” tutur Bambang.
Bambang juga menyatakan bahwa tugas PDAM memang tidak ringan, karena dua tugas pokok PDAM sering bertolak belakang.
“Tugas pokok PDAM sering berbenturan, pertama adalah melayani dengan optimal kebutuhan air bersih masyarakat, tapi disisi lain harus berupaya mencari untung kami setor untuk Pendapatan Aseli Daerah (PAD). Ini sebuah tantangan ke depan, bagaimana mengoptimalkan sinergitas dua hal tersebut,” lanjut Bambang.
Dirut PDAM Tirta Handayani, Toto Sugiharta, menyatakan bahwa sebetulnya Gunungkidul memiliki sumber daya air yang besar. Jika dihitung, Gunungkidul memiliki sumber air baku 3500 liter/detik. Tapi baru bisa dimanfaatkan sepertiganya.
“Program kita ke depan, PDAM Tirta Handayani akan lebih mengoptimalkan sumber sumber air yang ada. Contohnya sumber air Ngobaran, mempunyai debit 200 liter per detik, tapi baru bisa dimanfaatkan 40 liter per detik,” tutur Toto.
Toto menyatakan bahwa di Gunungkidul saat ini terdapat 52.104 SR, dibagi dalam 4 cabang, yaitu cabang Wonosari, Seropan, Baron dan Bribin. 4 cabang ini melayani pelanggan di 15 kapanewon, 96 desa dan 749 padukuhan.
“Kami memang belum bisa memberikan pelayanan seratus persen kepada pelanggan, kendalanya PDAM belum bisa memaksimalkan sumber air yang ada. Debit sumber air yang besar belum dimanfaatkan maksimal, juga operasional alat dan biaya produksi yang tinggi,” lanjut Toto.
Toto juga menyebut, kendala yang dihadapi pihaknya saat ini juga termasuk belum adanya pemetaan aliran air bawah tanah. Karena lokasi sumber air bawah tanah di wilayah Gunungkidul terletak di daerah tengah, utara dan kawasan pantai selatan.
“Daerah layanan yang luas dan berbukit serta kapasitas produksi kecil. Kapasitas Water Treatment Plant (WTP) yang kecil, besarnya biaya operasional dan keadaan sumber air jika penghujan air menjadi keruh adalah kendala yang sering kami hadapi,” jelas Toto.
Toto juga tidak menampik bahwa selama ini memang banyak komplain atau keluhan dari pelanggan terkait pelayanan air bersih. Untuk itu pihaknya berharap ada kemitraan yang terjalin baik antara PDAM dengan media, agar kesulitan yang dihadapi PDAM ini bisa disampaikan ke masyarakat.
Untuk lebih mengoptimalkan pelayanan, PDAM Tirta Handayani ke depan akan melakukan 2 program, yaitu program jangka pendek dan program jangka panjang. Beberapa upaya yang akan ditempuh adalah penambahan alat produksi dan penambahan beberapa sumber air yang akan diangkat. Perbaikan sarana prasarana terutama pipa-pipa saluran air dan peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
“Dalam prinsip kerja kami, kami akan berusaha mentaati prinsip 5 K, yaitu Kuantitas, Kontinyuitas, Komitmen, Komunikasi dan Koordinasi. Ke 5 hal itu adalah komitmen kami untuk memberikan pelayanan yang terbaik dibidang air bersih kepada pelanggan di seluruh Gunungkidul,” pungkasnya. [Edi Padmo]