Seperti yang dilakukan oleh Sutiyem (62), warga Desa Giring yang akan menjual tape di Pasar Sodo. Ia ditemani suaminya, Prapto (65), setiap hari pasaran ia selalu menjajakan tape bikinannya ke Pasar Sodo.
“Setelah sholat subuh biasanya langsung berangkat,” katanya saat ditemui KH di Pasar Sodo.
Kegiatan jual-beli di Pasar Sodo mulai sepi setelah pukul 06.00 WIB. Sebabnya, warga yang melakukan aktivitas jual beli sebagian besar merupakan petani. Mereka mesti segera beraktivitas pertanian di ladang yang jauh dari rumah pada pagi dan siang harinya. “Karena sejak jaman dulu, warga harus membagi waktu karena setelah dari pasar segera bertani,” jelas Sutiyem.
Transaksi jual beli barang yang mencolok di Pasar Sodo yaitu lebih pada jual-beli sembako, sayuran, dan kerajinan rakyat seperti tampah, kukusan, dan lain sebagainya. Untuk penjualan hasil panen, transaksi jual-beli di pasar tidak begitu ramai. Banyak pengepul yang ada di sepanjang jalan menuju pasar, ini membuat warga lebih memilih menjual kepada pengepul ketika hendak berbelanja di pasar Sodo.
Di tempat yang sama, seorang warga Desa Sodo penjual tampah dan kukusan, Sugiran (64), ia mengaku sudah sejak kecil melakukan aktivitas jual-beli di pasar Sodo. “Dulu sebelum berangkat sekolah, membantu orang tua dengan membawakan maupun menjual hasil kerajinan,” ucapnya.
Ia mengaku setiap hari pasaran di Pasar Sodo berangkat dari rumah pada pukul 03.30 wib berjalan kaki sambil memikul barang dagangannya. Meskipun transaksi jual-beli hanya terjadi pada pasaran Wage dan Legi, ia berkisah keberadaan pasar Sodo menurutnya sangat membantu warga sekitar.
“Apalagi setelah dibangun pada tahun 2014 yang lalu, membuat pedagang maupun pembeli merasa nyaman ketika sedang berjualan di sana,” tandasnya. (Atmaja).