WONOSARI, (KH)— Tak hanya pada saat menghadapi musim kemarau saja, pembuatan pakan ternak fermentasi dapat secara permanen diberikan sebagai pendamping Hijauan Makanan Ternak (HMT) pada sapi atau kambing.
Bahkan kebiasaan tersebut akan jauh lebih menguntungkan. Terlebih rutinitas pembuatan pakan fermentasi dilakukan pada musim kemarau, selain menghemat juga dinilai dapat memberikan keuntungan berlipat. Praktisi pembuat pakan fermentasi, Ton Martono yang telah menerapkan pada hewan ternaknya sudah membuktikan.
“Biaya untuk pembuatan setiap 10 Kg sampah, hanya berkisar sekitar Rp9 ribu saja. Apabila dibandingkan dengan beli HMT, kuantitasnya senilai dengan Rp20 ribu. Selisih separuh,” kata Ton Martono membandingkan, Rabu, (28/7/2016).
Apabila pembuatan pakan fermentasu dilakukan dalam jumlah banyak, maka penghematan sekaligus keuntungan semakin berlipat. Kisaran penghematan dicontohkan, apabila diasumsikan 10 kilogram pakan fermentasi untuk sapi dewasa habis dalam sehari, maka dalam sebulan, peternak mampu menghemat sekitar Rp330 ribu. Keberhasilan menghemat biaya sebanyak itu tentu menguntungkan. Dananya dapat dialokasikan untuk keperluan yang lain.
Ia mengungkapkan, bahan pembuat pakan fermentasi berupa sampah daun-daun kering, meliputi daun mangga, daun pisang, daun jati, dan lainnya kecuali daun pohon gadung, dapat pula ditambahkan atau dicampur daun kacang kering, dan kulit kacang yang sudah digiling.
“Bahan pembuatnya, untuk takaran 10 Kg samapah, maka dibutuhkan 1,5 Kg bekatul atau polar, 10 sendok makan garam, 10 sendok makan tetes tebu, lima liter air, serta cairan fermentasi SOC satu tutup kecil,” rinci dia.
Mulanya, sampah yang sudah diperhalus atau digiling berukuran sekitar 2 cm dicampur dengan bekatul atau polar. Sementara bahan yang lain diaduk dalam wadah, kemudian disiramkan secara merata ke daun kering.
Kemudian, lanjut Martono, setelah semua bahan tercampur dengan baik, lalu dimasukkan ke dalam wadah/ drum. Lantas tutup rapat dengan sempurna. Setelah kurun waktu kurang lebih 3 x 24 jam, pakan fermentasi sudah dapat diberikan kepada hewan ternak.
Disebutkan, pakan fermentasi mengandung protein tinggi, tergolong pakan sehat karena semuanya serba herbal atau alami, serta tidak mengandung bahan kimia. Apalagi menjelang Idul Adha, imbuh dia, penggemukan dengan pakan fermentasi lebih menguntungkan. Sebab, pakan fermentasi mampu mempercepat proses penggemukan. Sapi siap jual membutuhkan waktu relatif lebih singkat.
“Keuntungan berlipat, selain hemat secara ekonomi, daging sapi atau kambing cepat terisi, serta lingkungan bersih dan sehat karena sampah daun diambil untuk dimanfaatkan,” beber warga Padukuhan Karangsari, Desa Karangrejek, Wonosari ini.
Kalaupun pembuatan pakan fermentasi gagal, masih dapat dialih fungsikan menjadi pupuk organik padat. Berdasar pengalaman, sambung Martono, dua faktor penyebab kegagalan terjadi karena adonan calon pakan fermentasi tercampur material lain, seperti plastik, kertas dan benda asing lainnya.
“Dapat pula terjadi kegagalan karena penutup drum tidak rapat, sehingga pada saat proses fermentasi tidak berlangsung sempurna karena terdapat sirkulasi udara yang menyebabkan jamur,” ungkapnya.
Namun, masih terdapat alternatif lain guna memanfaatkannya, dengan tambahan pasir dan tanah kemudian didiamkan selama semalam, maka kegunaan beralih menjadi pupuk bagi tanaman hias dan sayur-mayur. (Kandar)