Paguyupan Jathilan Kudho Budoyo Lestarikan Budaya Jathilan

oleh -6167 Dilihat
oleh
ucapan Natal Golkar

PLAYEN, (KH) — Paguyuban Jatilan Kudho Budoyo sebagai salah satu paguyupan yang dibentuk untuk melestarikan seni budaya tradisional, telah beberapa kali menggelar atraksi jathilan. Terakhir mereka tampil dalam acara rasulan di Desa Playen Senen (20/10/2014)
Di bawah pimpinan Kelik (50) dan dibantu 4 pawang Rumiyanto, Wartono, Tumino, dan Supri, ada 35 pemain yang bisa melakukan berbagai atraksi. Ada pemain yang diberi tugas untuk mengupas buah kelapa dengan gigi, dan setelah terkelupas buah kelapa itu langsung dibanting, dan daging kelapa dimakan. Ada juga pemain yang bertugas melakukan atraksi makan bara api, di mana kayu dibakar dan bara apinya dimakan.
Dalam sebuah aksi ada pemain yang naik kuda kepang dan hanya berlenggak-lenggok seirama gamelan. Ada juga pemain yang berlari mengikuti kemana perginya sang pawang. Secara umum para pemain menuruti perintah pawang. Bahkan, lampu neon atau lampu lainnya bisa dimakan pemain, jika diperintah sang pawing.
Perintah kepada para pemain jathilan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Ketika suara penyanyi mengucapkan “Cao gletak” semua pemain gletak tiduran. Begitu juga ketika mendengar suara penyanyi “Jenggelek tangi maneh”, pemain bangun dan kembali menari berlenggak-lenggok seirama suara gamelan.
Menurut Rumiyanto, salah satu pawang, sebagai pengaman dirinya bersiap di luar arena pertunjukan. Rumiyanto juga menjelaskan, dalam satu arena pertunjukan Jumlah pemain ada 35 orang putra-putri. kelompok pengrawit ada 15 orang, sehingga komplit ada 50 orang.
Ada kalanya penonton yang mengikuti irama gamelan, lalu ikut tak sadarkan diri dan menjadi pemain. Menurut Rumiyanto ada 10 anak penonton yang ikut jadi pemain pada atrasi kali ini. Sebagai pengaman Rumiyanto bertanggung jawab atas penonton agar tidak terjadi apa-apa. Anak atau penonton yang ikut “ndadi” kerasukan roh setelah disadarkan pawang, kembali normal.
Masih menurut Rumiyanto pemain Kudho budoyo masih muda-muda, banyak pemain yang masih sekolah. Seni Jatilan merupakan seni turun-temurun dari nenek moyangnya, dan oleh sebab itu dilestarikan oleh kawan-kawan.
Paguyuban Kudho Budoyo secara rutin pada hari Jumat Kliwon mengadakan pertemuan untuk meningkatkan mutu bermain, dan atau menambah atraksi yang dapat menarik penonton.
Ketika ditanya berapa beaya tanggapan, Rumiyanto menyebut angka 2 juta. “Tetapi di Playen jika hanya tersedia Rp 1.350.000,-, ya nggak apa-apa, sambil promosi mas”,Pungkasnya. (Sarwo/Tty)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar