PLAYEN, (KH) — Warga Gunungkidul setelah hujan mengguyur tanah pertaniannya, hampir 90 persen warga sibuk ke ladang untuk mulai menebar bibit padi, jagung, dan kedelai. Berdasarkan pantauan KH di wilayah Desa Ngawu, Ngunut dan Ngleri, kegiatan di ladang beragam.Ada yang menanam bibit padi dengan sistim “tojoh” di mana kayu dibuat runcing untuk menojoh tanah. Tanah bekas tojohan akan berlubang, dan di lubang tersebut ditabur bibit padi (gabah). Ada yang menojoh tanah kemudian ditabur bibit jagung, atau kedelai.
Ada yang menyebar pupuk kandang setelah benih padi ditabur, dengan harapan bibit yang tumbuh nantinya langsung mendapatkan pupuk kandang. Dawami, warga Sumberjo, Ngawu, Playen harus mengangkut pupuk kandang dengan 2 keluarga ke ladang pertaniannya. Sementara, warga desa Ngunut, Wardoyo dan istrinya, berdua menanam gabah dengan Tonjo. Ketika dihubungi KH Minggu (16/11/2014), merasa kehabisan tenaga untuk bertani. Anaknya sudah tidak dirumah, tetangga juga sudah dipekerjakan orang lain.
Yang asyik di ladang Desa Ngleri ada sekitar 10 warga yang sedang menanam gabah secara bersama-sama. Kegotongroyongan nampak masih kental antara pria dan wanita. Ketika istirahat di sebuah gubug, warga nampak santai menikmati hidangan nasi putih, sayur dan lauk daging ayam kampung.
“Ayo mas ikut rolasan.”, Ajak warga yang sedang makan siang, atau yang lebih akrab disebut rolasan.
“Ya Pak trima kasih, saya sudah sebelasan.”, Jawab KH yang sudah makan pada jam 11.00.
Keluarga Budi warga Ngleri yang sedang rolasan, terpaksa meminta bantuan tetangga agar cepat selesai menabur gabah, jagung, dan sekaliyan bonggol ketela kayu. Untuk menanam gabah dan jagung memerlukan waktu tiga hari. Semoga hujan terus turun agar bibit tanaman yang ditanam tumbuh dengan subur. (Sarwo/Tty)