Lingkungan Kerja Buruk Dapat Memicu Gangguan Kesehatan Fisik dan Jiwa

oleh -8605 Dilihat
oleh
Kesehatan fisik dan jiwa juga dipengaruhi situasi dan kondisi di tempat kerja atau kegiatan. Dok: Prodia-OHI.
Kesehatan fisik dan jiwa juga dipengaruhi situasi dan kondisi di tempat kerja atau kegiatan. Dok: Prodia-OHI.

JAKARTA, (KH)— Lingkungan kerja yang buruk bisa memicu terjadinya gangguan kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Dampak selanjutnya adalah menurunnya kualitas pekerjaan dan produktivitas kerja. Selain itu, juga dapat berimbas pada kehidupan di luar pekerjaan baik dalam keluarga maupun di masyarakat.

Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI) dr Eka Viora SpKJ dalam konferensi pers menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2017, di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Kamis (5/9), mengatakan bahwa lingkungan kerja yang buruk juga bisa membuat seseorang menyalahgunakan zat atau alkohol yang berbahaya, ketidakhadiran dalam pekerjaan, dan hilangnya produktivitas.

Selain itu, Eka menerangkan, akibat tekanan atau awam menyebutnya dengan stres di tempat kerja juga bisa berpengaruh pada kehidupan keluarga bahkan menjadikan anak-anak sebagai korban.

“Beban kerja yang numpuk, kalau tidak ada penyaluran, pulang ke rumah bertengkar terus sama istri, anak menjadi korban, karena membawa masalah di tempat kerja,” katanya.

Eka menjabarkan, tekanan dalam pekerjaan bisa memengaruhi aspek emosional yang menyebabkan terjadinya kecemasan, panik, dan mudah marah.

Kondisi (stres) tersebut juga memengaruhi kesehatan fisik seseorang.  Kasus paling sering dijumpai adalah hipertensi, diabetes, dan gangguan pola makan.

Perilaku pekerja yang mengalami stres, lanjut Eka, juga menurunkan kinerja, menjadi bersikap agresif, rentan terlibat dalam konflik intrapersonal di tempat kerja.

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Fidiansjah memaparkan, kondisi pekerja yang stres berpengaruh pada kinerja di tempat kerja.

Dia menjabarkan, dari 10 persen dari pekerja mengajukan cuti karena merasa depresi, rata-rata 36 hari kerja hilang karena depresi. Kemudian 50 persen orang dengan depresi tersebut tidak mendapat perawatan atau sengaja tidak mengakses perawatan kesehatan yang diperlukan.

National Alliance in Mental Illness (NAMI), organisasi non pemerintah di Amerika Serikat yang fokus pada kesehatan jiwa menyatakan, bahwa kondisi kesehatan jiwa seseorang dapat dipengaruhi atau dipicu oleh situasi dan tekanan yang timbul di tempat seseorang kerja (working place). Yang disebut tempat kerja tersebut sesungguhnya adalah seluruh bidang pekerjaan. Bisa pada sektor swasta (pertanian, perdagangan, industri manufaktur, konstruksi, jasa), atau pekerjaan di bidang pemerintahan, pekerjaan di bidang pendidikan atau sekolah, atau pun pekerjaan atau kegiatan dalam organisasi sosial maupun keagamaan.

Pada dasarnya sebagian besar orang menghabiskan waktu dalam kehidupannya dalam suatu pekerjaan atau kegiatan pokok tertentu. Oleh karena itu, kesadaran perlunya ketahanan kesehatan jiwa dan kesehatan fisik sangat diperlukan untuk menjaga dari kerentanan masalah-masalah kesehatan di tempat kerja. ** (Andriyani/Antara)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar