GUNUNGKIDUL, (KH),– Dwi Utami atau lebih dikenal dengan nama Uut Salsabilla adalah penyanyi yang lahir di Klaten, Jawa Tengah. Dia mengawali karir sebagai seniman dengan bergabung di Group Keroncong Wulan Ndadari asal Tegalrejo Kecamatan Bayat, Klaten sekitar tahun 1997-an. Perjalanan panjang yang dia lalui kemudian membawanya menjadi penyanyi Campursari dan host TV kondang.
Sebagai penyanyi pemula genre Keroncong, ia berulang kali tampil pentas bersama rekan satu group di tempat orang hajatan. Selain itu tampil pula pada aneka acara yang digagas pemuda serta agenda kampung dan kalurahan.
Seiring perkembangan zaman, musik keroncong semakin sepi peminat. Sebab, orang hajatan beralih ke Campursari komplit. Saat itu Campursari Gunungkidul (CSGK) besutan Manthous dan CS Sangga Buana menjadi kiblatnya. Penyanyi dengan nama panggung Uut ini mulai beralih menjadi penyanyi Campursari. Bakatnya pada bidang olah tarik suara yang mumpuni memudahkannya menyesuaikan diri dengan genre musik apapun.
“Sebagai penyanyi campursari pemula, saya kemudian ikut serta manggung bersama Group Campursari lokal di darerah Bayat Klaten, Nglipar, Cawas dan Gedangsari,” tuturnya belum lama ini di kediamannya.
Uut menyebut, sebelum mendapat banyak job manggung di Gunungkidul, awalnya sekedar menyumbang lagu pada pesta hajatan di rumah saudaranya.
Perempuan kelahiran Klaten, 05 Oktober 1987 ini menyumbang lagu saat group Campursari Gumelar yang bermarkas di Semin, Gunungkidul sedang pentas. Pada saat itu group tersebut sedang menghibur pesta hajatan saudaranya di kawasan Jambakan Bayat. Karena dianggap mampu membawakan lagu dan bernyanyi dengan baik, awal tahun 2006 Uut mulai mendapat job dari group Campursari Gumelar.
Seiring berjalannya waktu, Uut semakin di kenal group-group Campursari di wilayah Gunungkidul. Yang di kemudian hari, pada 2007, istri dari Joko Triwahyudi ini bergabung dengan Group Campursari Guntur Madu Semin, Gunungkidul.
Setelah bergabung dengan Campursari Guntur Madu, Uut lantas terlibat dalam rekaman dengan Almarhum Yunianto (adik maestro Campursari, Manthous) yang menelurkan Album New CSGK pada tahun 2010.
Album tersebut kian mengantarkan Uut sebagai pesinden kondang. Tak berpuas diri, kepiawaiannya pada aspek lain yang mendukung karirnya terus diasah. Bukan semata dalam olah vocal, tetapi dalam hal penuturan Bahasa Jawa yang baik dan benar. Termasuk mengasah kemampuan berbicara di hadapan khalayak.
Kemauannya belajar mengantarkan Uut merambah ke industri hiburan televisi Tahun 2010. Dirinya bergabung dengan Media Penyiaran Publik JOGJA TV sebagai presenter acara Klinong – Klinong Campursari.
“Belajar dan mengasah kemampuan bicara di depan publik menjadi keharusan bagi saya agar mampu berdialog dengan penonton dan masyarakat yang menyaksikan,” terang ibu dua anak ini.
Menjadi host atau Presenter Acara Campursari di Jogja TV, telah membuka jalan Uut untuk menjadi bintang tamu di Program Acara Pangkur Jenggleng TVRI Yogyakarta, serta menjadi vocalis Campursari pada beberapa Album Campursari yang saat itu masih dalam bentuk VCD atau DVD.
Basic bernyanyi Uut Salsabilla berawal dari Kerocong. Karena alasan ini, ia lantas diajak bergabung dengan Group Kerocong Dapur Musik asal Playen Gunungkidul, dan Produksi Musik Keroncong SKB Gunungkidul.
Saat ini Uut menjadi salah satu Penyanyi Gunungkidul yang terus menjaga eksistensi Campursari versi Gunungkidul bersama dengan Group Campursari Guntur Madu Semin.
Pada era digital, selain aktif berkarya bersama tim produksi menciptakan lagu baru, Uut juga aktif memanfaatkan Media Sosial Youtube, Facebook, dan Tiktok. Bahkan dia juga dipilih menjadi bintang tamu pengisi konten musik kanal youtube Kembar Musik Digital Jawa Tengah, Dapur Musik Gunungkidul, dan Samawa Channel, serta SRGK Gunungkidul.
Sambung ceritanya, terjadi pergeseran selera musik dan tren pasar dalam beberapa tahun terakhir ini. Musik Campursari Gunungkidul tergeser oleh Campursari Dangdut atau Congdut. Akan tetapi, Uut tetap bertahan pada identitasnya sebagai penyanyi Campursari versi Gunungkidul, baik dalam berkarya maupun saat perform.
Salah satu tolok ukur bahwa Uut tetap setia pada genre musik Campursari yakni keteguhannya tetap membawakan dan mengembangkan lagu-lagu langgam dan Gendhing Campursari. Dia juga tetap mengutamakan identitas Campursari Gunungkidul, yaitu tetap berkostum Kain Kebaya serta bersanggul. Begitupun dalam penggunaan Bahasa Jawa, dirinya selalu berupaya menuturkannya dengan pakem yang baik dan benar. Tak sebatas itu, sikap dan unggah-ungguh, norma dan budaya khas Yogyakarta senantiasa dia pegang.
Perjuangan dan Usaha Uut Salsabilla untuk terus menjaga dan melestarikan serta mengembangkan Campursari Gunungkidul tidaklah sia – sia. Keseriusannya membawanya memperoleh 4 kejuaraan sebagai Penampil Terbaik 1 atau Juara 1 setiap kali diadakan Festival Campursari di Gunungkidul. Tak hanya itu, masih banyak lagi penghargaan dan piala yang mampu ia rengkuh pada kesempatan-kesempatan lomba berikutnya.
Di luar kejuaraan, banyak pengalaman berharga dan bermakna baginya. Salah satu yang istimewa diantaranya saat dirinya diminta tampil menjadi bintang Tamu Tasyakuran Kodiklatal Surabaya Bersama Kepala Staf Angakatan Laut Bapak Yuda Margana. Bukan itu saja, dia juga pernah dipercaya menjadi juri pada ajang lomba musik event nasional.
“Pernah pula terlibat pencapaian rekor MURI, pentas dalam rangka aksi sosial dan masih banyak lagi,” ujarnya.
Konsistensinya berkesenian tak bisa dianggap remeh. Hingga sekarang dia menduduki posisi penting pada berbagai perkumpulan, seperti Bendahara Prajaseni (Persaudaraan Pekerja Seni Campursari Kapanewon Semin), Bendahara Umum Dewan Kebudayaan Kapanewon Semin, serta menjadi anggota Perkumpulan Persaudaraaan Masyarakat Campursari Indonesia (PPMCI) yang di dalamnya terdapat penyanyi kenamaan, Cak Diqin.
Tak tanggung-tanggung, ibu dari Brilian Devi Indria Salsabila dan Najwa Devi Indra Agni ini oleh tokoh seniman asal Gunungkidul dilabeli sebagai penyanyi asal Klaten yang lebih Gunungkidul dari pada penyanyi Campursari Gunungkidul asli. (Kandar)