GUNUNGKIDUL, (KH),– Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tingkat kemiskinan masyarakat Kabupaten Gunungkidul tergolong tinggi. Guna peningkatan kesejahteraannya petani harus mendapat porsi perhatian yang lebih dominan. Hal tersebut disampaikan Prof. Sutrisna Wibawa saat membagikan pupuk di Padukuhan Pugeran, Kalurahan Karangsari, kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, Minggu (3/9/2023) malam.
Penyerahan dilakukan saat pagelaran wayang kulit dalam rangka memeriahkan Rasulan Padukuhan Pugeran. Jumlah pupuk yang dibagi untuk 12 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 13 ton.
Pada hari yang sama, bersama Koperasi Usaha Jasa Bersama ia membagi pupuk di Padukuhan Buyutan, Kalurahan Watusigar, Kapanewon Ngawen sebanyak 10 ton. Lantas di padukuhan Pelem dan Pijenan Kalurahan Pundungsari 2 ton.
“Masyarakat Gunungkidul mayoritas petani. Maka, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum petani harus diperhatikan,” kata Sutrisna Wibawa didampingi pengurus koperasi Usaha Jasa Bersama, Andri.
Selain membagi pupuk, dia juga menawarkan program pertanian sistem plasma. Petani pada awalnya disuplai pupuk dan bibit, kemudian pembiayaan pupuk dan bibit nanti diganti setelah petani panen.
Kedepan sistem plasma akan dilaksanakan di berbagai wilayah Gunungkidul. Sasaran aksi sosial Sutrisna menyasar petani bukan tanpa alasan. Menurutnya, membantu petani agar sejahtera secara otomatis telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum.
Dalam kesempatan yang sama, Andri mengatakan, sejauh ini jumlah pupuk yang dibagi mencapai sekiar 100-an ton. Menyasar berbaai wilayah di Gunungkidul, seperti Pampang (Paliyan), Panggang, Nglipar, Ngawen hingga Semin.
Petani penerima bantuan pupuk secara umum melalui proses pengajuan. Permintaan warga akan disetujui manakala jumlah stok tersedia.
“Kami masih produksi terus untuk kami bantukan bagi warga Gunungkidul,” terang Andri.
Saat pembagian pupuk, Sutrisna juga mengajak serta pemilik laboratorium pertanian lahan kering Pesona Lembah Oya Nglipar. Selain membawa pupuk dan program pertanian plasma, Sutrisna dan kolega memberikan edukasi mengenai pertanian yang minim air.
“Sistem pertanian ini cocok untuk Kawasan Gunungkidul yang airnya minim. Seperti di Kawasan selatan dan utara,” kata pegiat laboratorium pertanian lahan kering Pesona Lembah Oya, Miksan.
Lebih jauh disampaikan, sistem pertanian yang dimaksud yakni menggunakan polybag. Banyak jenis tanaman bias ditanam di polybag. Termasuk tanaman padi.
“Jenis tanamannya bias saja padi, 700 polibag itu jika panen lalu dikonsumsi untuk keluarga kecil bisa cukup hingga musim tanam berikutnya,” tutur Miksan.
Lebih jauh disampaikan, 700 polibag padi hanya butuh 8.000 liter air hingga nanti panen. Teknis penyiramannya, tiap minggu hanya perlu ditambah air 1 liter untuk tiap polibag.
“700 padi dalam polybag cukup untuk keluarga kecil dengan 2 anak,” tegasnya. (Kandar)