Jumlah Kasus HIV AIDS Di Gunungkidul Meningkat Pesat

oleh -3834 Dilihat
oleh
Peringatan HIV AIDS Sedunia tingkat Kabupaten Gunungkidul. KH
Peringatan HIV AIDS Sedunia tingkat Kabupaten Gunungkidul. KH

GUNUNGKIDUL, (KH),– Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kabupaten Gunungkidul memiliki angka kasus HIV AIDS tergolong paling rendah. Namun jumlah penderitanya terus meningkat dengan pesat di tahun 2016. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, dr. Dewi Irawaty, M.Kes, Rabu, (5/12/2018) pada kegiatan Peringatan Hari AIDS Sedunia di balai Desa Karangrejek.

“Penemuan kasus baru meningkat cukup signifikan terutama pada usia produktif,” ungkap Dewi Irawaty . Dengan meningkatnya pariwisata yang sangat pesat di Gunungkidul diyakini juga akan mempengaruhi permasalahan HIV AIDS.

Disebutkan, sesuai data, kasus HIV di Gunungkidul saat ini ada 325 orang, sementara pengidap AIDS ada 220 orang. Peningkatan secara signifikan terjadi pada tahun 2016. Sebelumnya jumlah kasusnya cenderung jauh lebih rendah. Adapun upaya untuk melakukan penanganan, saat ini diseluruh rumah sakit dan Puskesmas di Kabupaten Gunungkidul sudah bisa melayani Test HIV AIDS.

“Terapinya di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari dan Puskesmas Ponjong,” imbuh Dewi Irawaty.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Gunungkidul, Badingah, Sos menekankan perlunya kepedulian masyarakat supaya memahami pentingnya melakukan tes HIV dan pengobatan ARV bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) secara dini.

“Karena dengan semakin banyak masyarakat mengetahui status HIV dan mendapatkan pengobatan Anti Retro Viral (ARV) dini maka dapat mendorong percepatan tercapainya penurunan epidemic HIV,” tandasnya.

Lanjutnya, dengan begitu Gunungkidul turut mendukung Indonesia dalam mencapai “3 zero“ yaitu tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS dan tidak ada stigma dan diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV 2030.

Pihaknya meminta masyarakat agar mendukung terselenggaranya tema Nasional hari AIDS sedunia tahun 2018 yaitu “Saya berani, saya sehat”. Maksudnya, berani untuk mengurangi risiko penularan virus HIV, serta masyarakat juga mau secara sukarela memeriksakan diri untuk mengetahui status HIV-nya. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar