TANJUNGSARI, kabarhandayani.– Meski belum memasuki usia panen terbaik, sebagian besar para petani di kawasan pesisir Gunungkidul sudah mulai memanen tanaman kacang tanahnya. Samento, seorang petani di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari menyatakan, panen dini ia lakukan karena kondisi hujan yang sudah tak menentu.
“Sebagian besar memang belum tua, tapi terpaksa dipanen karena saya kuatir tanahnya semakin keras. Mumpung sekarang masih belum keras jadi kami panen saja sekarang. Tapi ada juga beberapa warga yang kacangnya memang sudah tua karena menanamnya dulu lebih awal. Kalau punya saya dulu agak terlambat,” jelas Samento, Kamis (22/5/2014).
Kekuatiran tanah yang semakin keras itu alasan utamanya. Apabila tanah menjadi keras akibat tak ada hujan, maka dipastikan proses pencabutan kacang tanah menjadi 2-3 kali lipat lebih lama, dan biji kacang juga banyak yang tertinggal di dalam tanah.
Selain itu, pertumbuhan biji kacang yang tak seragam juga menjadi penyebab pemanenan dini. Dalam satu pohon, banyak didapati campuran biji kacang yang tua dan yang muda.
“Saya nggak tau kenapa pertumbuhannya bisa tidak merata seperti ini. Masak ini dalam 1 pohon ada yang tua tapi juga ada yang gombong (biji kacang muda). Kalau gombong-nya sedikit mungkin tak masalah, tapi ini justru yang paling banyak,” lanjut Samento.
Sebenarnya Samento ingin menunggu hingga umur kacang mencapai waktu maksimal, namun bila hal itu dilakukan kemungkinan resiko kerugiannya menjadi lebih besar. Masa panen kacang tanah yang ideal adalah ketika usia telah mencapai 95-100 hari, sedangkan saat ini usia kacang tanahnya dan sebagian besar warga baru memasuki 70-80 hari.
Resiko itu menurut Samento adalah resiko biji kacang yang sudah tua bisa tumbuh di dalam tanah sebelum dipanen, sedangkan yang kedua adalah resiko tanah yang menjadi keras karena ketidateraturan datangnya hujan tadi.
“Serba salah, jadi lebih baik panen sekarang saja, meski hasilnya seperti ini,” pungkasnya. (Sumaryanto/Jjw).