WONOSARI, kabarhandayani.– Sebagian petani bawang merah di Desa Karangrejek Wonosari terancam gagal panen. Curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini ternyata berdampak buruk pada petani bawang merah yang selalu menanam bawang merah pada musim kemarau.
Hal ini disebabkan cuaca yang berbeda dengan musim kemarau biasanya. Saat musim kemarau biasanya para petani di daerah Karangrejek selalu menanam bawang merah. Biasanya mereka menggunakan cara nyetren atau penyiraman pagi dan sore. Namun kali ini para petani bawang merah ikut meneteskan air mata pasalnya bawang merah yang mereka tanam kebanyakan rusak bahkan sampai layu dan mati.
Wito Mulyono (58) petani asal Padukuhan Karanggumuk I Karangrejek mengungkapkan bawang merah yang ia tanam sebagian sudah mati. Kepada KH Wito menjelaskan “Jika hujan deras, air menggenangi tanaman kemudian tiba-tiba cuaca panas membuat tanaman seperti direbus sehingga tanaman tersebut busuk pada akar dan mati,” jelasnya pada Minggu (06/06/14).
Wito menambahkan bahwa baru akhir-akhir ini ia mendapati cuaca yang aneh. “Kami hanya bisa pasrah akan kegagalan panen bawang merah yang kami tanam ini, karena memang alam sekarang tidak seperti dulu lagi,” tambahnya.
Berbeda dengan Sutri (47), petani bawang merah warga Padukuhan Karanggumuk II Karangrejek yang memilih untuk berpindah tanam dengan menanam terong. Ia mengungkapkan bahwa musim yang terjadi akhir-akhir ini sulit ditebak.
“Saya dulu petani bawang merah tetapi kali ini musim sedang tidak bersahabat, maka dari itu saya memilih untuk pindah haluan dari berambang (bawang merah) ke terong,” ungkapnya.
Sutri menambahkan sudah mulai saatnya petani di Gunungkidul tidak terpacu pada iklim. “Harusnya kita punya inovasi lain, agar tidak terjadi kegagalan yang disebabkan oleh perubahan iklim,” pungkasnya. (Atmaja/Hfs)