KARANGMOJO, kabarhandayani,– Setiap hari, puluhan fotografer di Kawasan Wisata Goa Pindul siap memberikan pelayanan bagi wisatawan. Mereka dengan ramah mengabadikan petualangan para wisatawan dalam melewati lorong goa yang menabjubkan.
Eko Daryono, salah satu fotografer dari Kelompok Tunas Wisata menuturkan, pelayanan jasa foto ini telah dikoordinasi oleh masing-masing operator wisata yang ada di Goa Pindul, yaitu sejumlah 7 kelompok. Sistem pelayanan foto yang diberikan cukup unik. Jasa foto di Goa Pindul tidak memberikan pelayanan foto cetak jadi (hard copy), namun hanya berupa soft copy dalam bentuk CD, bahkan pelayanan hasil foto sering dilakukan melalui pengiriman data e-mail.
Selain tidak memberikan hasil foto dalam bentuk cetak, lanjut Eko, hal lain yang membedakan jasa foto di Goa Pindul adalah setiap fotografer bekerja mengikuti rombongan wisatawan saat menyusur goa. Karena itu, fotografer harus pandai-pandai mengambil gambar pada momen-momen yang tepat.
Aturan biaya jasa fotografi yang diterapkan di kawasan wisata ini adalah sistem paket. Di mana tidak ada batasan khusus terkait jumlah pengunjung yang dilayani. Paket jasa pelayanan foto ini dibanderol dengan tarif Rp 100 ribu. Aturan ini juga berlaku untuk jumlah foto yang dihasilkan.
“Jadi kita melayani 2 orang ya Rp 100 ribu, melayani 100 orang ya tetap Rp 100 ribu,” ujar Eko, Selasa (29/7/2014).
Eko menceritakan, bila ramai pengunjung ia mampu melayani hingga 4 kelompok pengunjung. Sedangkan jumlah fotrografer di Kelompok Tunas Wisata ada 7 orang.
“Kamera yang saya pakai milik kantor (Tunas Wisata). Sistemnya bagi hasil, yang masuk ke saya Rp 50 ribu, yang masuk kantor Rp 50 ribu,” jelas Eko. Sebelum menekuni pekerjaan sebagai fotografer, Eko bekerja sebagai pemandu wisata salah satu operator di kawasan wisata ini.
Begitu juga bila terjadi kerusakan kamera, Eko juga ikut bertanggung jawab dalam hal biaya perbaikan. Sistem yang disepakatipun tetap sama, biaya perbaikan kamera ditanggung antara fotografer bersama pengelola, “Misalkan biaya servis habis Rp 300 ribu, yang Rp 150 ribu saya tangung yang Rp 150 ribu ditanggung kantor,” lanjutnya.
Sistem kerja yang dijalankan Eko berbeda dengan Andi Yosafat. Salah satu fotografer dari 5 fotografer di Kelompok Wisata Sokolimo ini mengaku menggunakan kamera pribadi dalam bekerja. Karena menggunakan kamera pribadi, sudah barang tentu penghasilan yang ia dapatkan pun berbeda dengan Eko.
“Sekali melakukan pelayanan foto saya mendapatkan Rp 85 ribu, jadi yang ke pengelola Rp 15 ribu,” jelas Andi.
Andi yang juga bekerja sebagai salah satu Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemda Gunungkidul ini mengakui resiko yang harus ditanggung dengan menggunakan kamera pribadi cukup tinggi, karena resiko kerusakan ditanggung sendiri sepenuhnya. “Kemungkinan resiko kerusakan sangat besar, karena sering terkena tetesan air dari atas. Sudah pernah kamera saya rusak karena air yang menetes dari langit-langit goa,” pungkasnya. (Maryanto/Jjw).