WONOSARI, (KH)– Ribuan penonton memadati Alun-alun Pemda Gunungkidul saat pembukaan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-28, Sabtu malam (3/9/2016). Sebelumnya, secara resmi pembukaan FKY ini di pimpin langsung oleh Bupati Gunungkidul Badingah yang ditandai dengan pemukulan gong.
Seni tari kolosal silih berganti tampil di atas panggung. Ratusan penari naik turun panggung hingga memberikan warna berbeda dari pertunjukkan seni yang pernah ada.
Ketoprak Jampi Puyeng pimpinan Jhony Gunawan juga turut ambil bagian untuk menyemarakkan acara FKY tahun 2016 yang terakhir dari seluruh rangkaian festival yang diselenggarakan di seluruh kabupaten di Provinsi DIY ini.
Sejak siang hari tadi, masyarakat telah bisa menyaksikan pawai seni yang diikuti oleh berbagai kelompok seni dari seluruh Gunungkidul. Perhelatan ini sempat memanjakan warga dengan arak-arakan seni yang berlangsung hingga sore hari.
Dalam pernyataannya Badingah mengatakan, FKY ini agar dimanfaatkan menjadi ajang untuk mempertahankan karya seni yang ada di Gunungkidul. Selain itu, FKY juga bisa sebagai media promosi karena dalam acara ini juga memamerkan berbagai karya seni rupa dan kerajinan dari Gunungkidul sehingga bisa berdampak positif pada faktor ekonomi.
“FKY bisa sebagai sarana untuk menarik wisatawan dan meningkatkan geliat pariwisata di Gunungkidul,” ujar Badingah.
FKY ini akan berlangsung selama 5 hari, (3-7 September 2016). Beberapa agenda yang telah dijadwalkan, ada pawai seni, karya instalasi, tari kolosal, kethoprak, parade karawitan dan tari anak, pentas reog, Jathilan, parade karya tari terbaik se-Gunungkidul, pameran seni rupa, dan pasar seni FKY, wayang kulit kolaborasi, serta masih banyak acara-acara seni lain.
Sebuah panggung yang cukup megah telah dipersiapkan untuk berbagai atraksi seni. Selama lima hari ke depan masyarakat Gunungkidul akan disuguhi berbagai pementasan seni baik dari Gunungkidul atau pun pementasan kelompok seni dari luar Gunungkidul.
Beberapa kelompok seni dari luar Gunungkidul yang ikut terlibat beberapa diantaranya ada wayang kampung sebelah, fire dance, parade musik kreatif Jiwa Nusantara,SwaraSwarga, Acapela Mataraman, musik kolaborasi Kidung Etnosia dan lain-lain. (S.Yanto)