“Memang ini salah satu kawasan geosite yang kedepan dikenalkan sebagai kawasan wisata minat khusus, dan edukasi, berupa susur goa, yang dapat dikemas dengan out bond, family gathering dengan fasilitas flaying fox dan lainnya,” jelas Saryanto, Minggu, (25/9/2016).
Sambung dia, edukasinya adalah mengenai taman batu, terdapat berbagai jenis batuan karst dari kawasan Gunungsewu meliputi dari Pacitan, Gunungkidul dan Wonogiri. Wisatawan bisa belajar dan melihat batuannya seperti apa.
Ia menambahkan, jelajah wisata festival Geopark Gunungsewu merupakan event yang pertama, diadakan sekaligus dalam rangka memperingati masuknya Geopark Gunungsewu ke Unesco pada 19 September 2015 lalu.
Didalam penyelenggaraannya, Pemkab atau Disbudpar bekerja sama dengan beberapa mitra kerja antara lain Pokdarwis setempat, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), APJI, dan beberapa sponsor swasta lainnya.
“Mudah-mudahan kedepan event yang dibuat lebih besar, saat ini taman batu belum selesai masih ada pembangunan selanjutnya seperti pembuatan pagar dan drainase, ini masih sebagai titik awal,” imbuh Saryanto.
Diharapkan pula, karena yang dikembangkan merupakan wisata minat khusus, maka ada partisipasi dari masyarakat desa dan Pokdarwis, keduannya memiliki otoritas untuk mengembangkan, menjadi subyek bukan obyek.
“Perlu juga keterlibatan pihak investor atau swasta, kawasan ini perlu di dukung adanya wahana yang lain seperti wahana permainan anak di sekitar taman batu, pusat oleh-oleh dan wahana yang lain,” kata Saryanto lagi.
Sebagai penyemarak jelajah wisata, para peserta diberikan puluhan doorprize dan hadiah melalui pengundian nomor tiket pendaftaran. Naswadhiya Asfiah pelajar warga Wunung, Wonosari menjadi peserta yang beruntung mendapatkan hadiah utama satu unit sepeda gunung. (Kandar)