DLH Gunungkidul: Sinergi Bersama Masyarakat Menjaga Kelestarian Lingkungan

oleh -916 Dilihat
oleh
lingkungan
DLH Gunungkidul menggelar penanaman pohon bersama masyarakat. (dok. DLH Gunungkidul)

GUNUNGKIDUL , (KH),– Kelestarian alam tidak akan terlepas dari keberlangsungan makhluk hidup. Semua memiliki keterkaitan dan saling membutuhkan satu dengan lainnya. Demikian penuturan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Antonius Hary Sukmono, S.T., belum lama ini di Gunungkidul.

Kelestarian dan fungsi lingkungan di Gunungkidul, menurutnya terbentuk dari keseimbangan ekosistem makhluk makhluk, baik komponen – komponen biotik dan abiotik yang ada di dalamnya.

“Perlu kita pelihara, aksinya agar menjadi bagian dari kebiasaan kita, karena suka tidak suka, mau tidak mau, bahwa kita saat ini dan yang akan datang menjadi bagian dari alam, maka perlu kita jaga dan pelihara bersama-sama,” kata Hary.

Dia menjelaskan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan tentu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berupaya merumuskan langkah-langkah yang terkait dengan kebijakan. Perlu pelibatan masyarakat untuk terlibat secara aktif dan nyata di dalam memelihara serta melestarikan lingkungan.

“Maka kita merealisasikan program terkait dengan pelibatan masyarakat misalnya Adhi Wiyata, kemudian program kampung iklim, juga ada pemerhati kali dan sebagainya. Ini bagian dari upaya kita bersama masyarakat dalam rangka memelihara, merawat alam dan lingkungan karena manusia atau kita sangat tergantung dengan alam. Demi keberlangsungan hidup generasi sekarang dan generasi mendatang,” jelas Hary.

Lebih jauh Hary menyampaikan, unsur alam, khususnya biotik, selain udara, tanah, dan lain-lain, ada air yang peranannya sangat penting.

“Upaya yang harus dilakukan dalam rangka merawat ketersediaan air, tentu saja dengan memelihara dan menjaga keberadaan sumber air. Selanjutnya berusaha menjaga dan memelihara kualitas air. Baik menjaga kuantitas maupun kualitasnya harus kita lakukan bersama-sama,” tuturnya.

Dalam rangka menjaga ketersediaan dan kualitas air, DLH mengajak masyarakat menjadi bagian dari konservasi air dengan kegiatan penghijauan. Kemudian juga secara teknis menyiapkan infrastruktur, seperti membuat bendungan, memelihara telaga, serta merawat sumber air. Pelibatan masyarakat dan banyak pihak agar semua menjadi subjek yang aktif. Secara sadar mereka akan merasa perlu menjaga kebersihan air atau dan sumber-sumbernya. Sehingga air lebih aman dari kontaminasi limbah kegiatan rumah tangga atau kegiatan industri.

Secara detail Hary juga mejelaskan karakteristik alam Gunungkidul dan hubungannya dengan ketersediaan air. “Gunungkidul memiliki karakteristik bentang alam karst. Karst itu sendiri memegang peran dan fungsi hidrologi yang utama. Ada eksokarst ada endokarst atau dalam dan luar permukaan dengan peran masing-masing. Di dalam bentang alam karst atau di perut bumi terdapat sungai bawah tanah. Sementara yang ada di permukaan bumi atau yang di eksokarst ada yang membentuk telaga dan daerah tangkapan air. Ini yang harus kita jaga keberadaannya,” ajak Hary.

Dia menegaskan, Dinas Lingkungan Hidup senantiasa berusaha mennjalin sinergi bersama masyarakat agar lahir kerja bersama dalam bentuk gotong-royong, bahu-membahu menjaga kelestarian alam yang dapat dimulai dari tindakan skala kecil agar kelangsungan makhluk hidup di dalamnya aman dan nyaman.

dalam kesempatan berbeda, pemerhati lingkungan yang aktif di Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo menyatakan, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan atau alam erat kaitannya dengan kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain di dalamnya. Untuk itu, dia bersama rekannya membuat gerakan pelestarian sumber air.

“Alam memberikan ruang agar manusia yang ada di dalamnya dapat hidup, Semestinya manusia menjaga dan merawat alam sebagai tempat hidupnya,” ujarnya.

Menurut Edi, menjaga kelestarian lingkungan tidak perlu dengan hal-hal yang rumit, cukup sederhana dan siapapun dapat terlibat. Contohnya dengan menanam pohon dan merawat sumber-sumber air di lingkungan masing-masing.

“Kita sederhana saja, setiap hari Minggu kita menanam pohon. Pohon beringin atau sejenisnya mempunyai fungsi sebagai pelindung sumber air atau penyimpan cadangan air bawah tanah,” katanya.

Lokasi penanaman tidak sembarangan. Resan Gunungkidul selama ini setiap ada kegiatan selalu bersama warga. Entah itu karang taruna, Pokdarwis, pemerintah dusun atau kalurahan dan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai pola gerakan relawan Resan Gunungkidul, yakni gerakan konservasi berbasis masyarakat. Tujuannya adalah, menginisiasi masyarakat agar nanti menjadi subyek atau pelaku utama konservasi di lingkungan masing-masing.

“Sebelum penanaman kami permisi/ kulanuwun dulu. Beberapa kali kami juga diundang dalam upacara adat bersih desa yang rangkaiannya diisi penanaman pohon dan bersih sumber air,” imbuh Edi.

Dirinya juga menceritakan, Resan Gunungkidul sampai saat ini sudah merehabilitas sebanyak 17 sumber mata air di berbagai wilayah Gunungkidul

“Kemarin baru saja kita bersama-sama mengembalikan sumber mata air atau biasanya disebut ‘tuk’ di daerah Bogor, Playen bernama Belik Bendho. Biasanya sumber mata air itu hilangnya kepedulian masyarakat untuk merawatnya,” jelasnya.

Ia menuturkan, salah satu penyebab hilangnya sumber mata air tersebut dikarena tertimbun tanah dan bahkan sampah, karena jarang dibersihkan.

“Kami ingin mengajak masyarakat untuk aktif menjaga kelestarian lingkungan. Caranya sangat sederhana, tidak perlu yang harus bisa ini, mulai saja menanam pohon. Pohon yang ditanam, selain pembibitan sendiri diantaranya pemberian donatur,” tukas Edi.

Edi berharap, kedepan masyarakat makin sadar untuk turut serta dalam upaya menjaga kelestarian alam. Dengan menanam pohon, sumber cadangan air akan lebih terjaga. Manfaat menanam pohon akan dipetik dalam kurun waktu yang panjang, bisa saja 10 sampai 20 tahun lagi. (red)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar