Budaya Bersih Kali Banteng Sebagai Bentuk Kearifan Lokal

oleh -3404 Dilihat
oleh

KARANGMOJO, kabarhandayani.– Rombongan warga berpakaian tradisonal khas Jawa berjalan beriringan ke ujung Desa Wiladeg Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Jumat (15/08/2014). Mereka berjalan menyusuri jalan kecil untuk menuju sumber air Kali Banteng yang berada di Padukuhan Nglampar, Wiladeg, Karangmojo.
Kesenian reog dengan iringan gamelan menyambut warga yang datang. Warga membawa ketupat, nasi gurih, hingga ingkung yang akan dipersembahkan sebagai pelengkap dalam ritual. Mereka kemudian berkumpul mengelilingi sumber air Kali Banteng sambil menikmati kesenian reog.
“Bersih kali Banteng merupakan ritual yang dirayakan sebelum acara bersih desa (Rasulan), biasanya digelar pada dua minggu sebelum adanya acara bersih desa,” kata Maryanto salah satu sesepuh saat ditemui di sela acara.
Menurut Maryanto, kegiatan bersih kali itu merupakan ritual yang telah ada sejak nenek moyang. Konon ceritanya, dahulu kala ada seeokor banteng yang meresahkan para petani dan banteng tersebut mati saat masuk ke dalam kali (sungai) tersebut. Hingga kini cerita tersebut masih tetap terjaga di tengah masyarakat.
Ritual budaya ini sengaja dibuat meriah untuk memunculkan semangat cinta kepada budaya yang ada. Sehingga ritual kebudayaan tersebut dapat dikenal oleh generasi muda dan dapat dilestarikan hingga nanti.
Kegiatan bersih Kali Banteng dilakukan setiap tahun pada hitungan Jawa, tepatnya bulan Syawal hari Jumat Legi. Warga yang tak asing dengan ritual ini telah siap berebut, ketupat, nasi gurih dan ingkung yang dipercaya dapat mendatangkan kesehatan, rejeki dan keberkahan.
Setelah doa bersama yang dipimpin oleh pemuka adat setempat selesai, kupat, nasi gurih yang awalnya diletakan di pinggir prasasati Banteng, diperebutkan oleh warga. Setiap 20 warga yang hadir diberikan satu ingkung, satu wakul nasi gurih dan diberikan tempat yang terbuat dari anyaman bambu (besek).
Kegiatan bersih sumber Kali Banteng ini menurut Maryanto sebagai syukur terhadap Tuhan yang telah memberikan kekayaan alam di desanya. Ini dilakukan dengan menjaga kearifan lokal, menjaga tradisi yang baik, melindungi alam dengan cara bersih lingkungan agar tak murka kepada manusia.
Pembuatan prasasti hewan banteng di tempat tersebut bukan tanpa alasan, konon setelah banteng yang masuk ke dalam kali tersebut mati, muncul sumber air yang besar dari dasar Kali Banteng, kemudian air tersebut hingga kini dapat dimanfaatkan oleh warga untuk mencukupi kebutuhan pokok hingga pertanian. (Juju/Hfs)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar