SEMANU, kabarhandayani,– Acara tahunan bersih Telaga Jonge Semanu diawali Jumat Legi pagi ini (19/9/2014), ditandai dengan penyembelihan 5 ekor kambing sebagai syarat ritualnya. Telaga Jonge terletak di antara perbatasan tiga padukuhan di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu yakni Padukuhan Jonge, Wilayu dan Kwangen Lor. Telaga yang airnya tak pernah kering sepanjang masa ini memiliki sejarah dan tradisi yang tetap terjaga.
Dalam pemotongan hewan kambing tersebut, 2 ekor kepala kambing akan dilarung ke tengah telaga, sisanya dimasak untuk dihidangkan dan dikembul bujana andrawina (dimakan bersama) oleh seluruh masyarakat yang hadir pada siang nanti jam 14.00 WIB. Dua ekor kambing tersebut dibeli dari iuran warga dan 3 ekor kambing merupakan sumbangan masyarakat.
Santoso (42), panitia bersih telaga Jonge menjelaskan, tradisi bersih telaga Jonge merupakan upaya mengingat jasa Kyai Jonge yang datang ke wilayah tersebut dan diterima oleh warga setempat, karena perilakunya yang baik dan suka menolong sesama. Kyai Jonge dikenal sebagai ahli di bidang pertanian. Keahliannya tersebut ditularkan kepada warga setempat sehingga kehidupan warga menjadi sejahtera.
Kyai Jonge menghabiskan masa hidupnya di Desa Pacarejo hingga akhirnya meninggal dunia, dan jasadnya oleh warga diyakini moksa. Bekas tempat tinggal Kyai Jonge kemudian diyakini berubah menjadi sebuah telaga besar yang melimpat airnya. Air telaga tersebut mampu menghidupi warga sekitar. Konon tempat moksa Kyai Jonge berada di tengah-tengah telaga.
Santoso menambahkan, bersih telaga Jonge juga merupakan wujud syukur atas berkah pertanian dan telaga Jonge yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Bersih telaga Jonge juga dikemas sebagai sebuah wisata religi, wisata budaya.
Lanjut Santoso Bersih telaga Jonge sepenuhnya dibiayai masyarakat dari Padukuhan Kwangen Lor dan Kwangen Kidul, Desa Pacarejo dengan iuran per kepala keluarga bervariasi antara Rp 38.000 hingga Rp 43.000. Untuk warga masyarakat yang tidak mampu dibebaskan dari iuran.
“Tradisi bersih telaja Jonge dimulai sejak seminggu yang lalu yaitu kerja bakti membersihkan sekeliling telaga, tadi malam dimeriahkan pentas kethoprak dan siang nanti akan dimeriahkan kirab budaya yang diikuti oleh masyarakat padukuhan Kwangen Lor, Kwangen Kidul didukung oleh masyarakat padukuhan Jonge dan Wilayu, dilanjutkan pentas jathilan dan reog. Penutupan telaga Jonge akan dipentaskan wayang kulit semalam suntuk,” jelas Santoso.
Santoso berharap, pengembangan telaga Jonge dapat menjadi tempat wisata yang terintegrasi dengan tempat wisata lain di Desa Pacarejo. Menjadi satu paket dengan obyek wisata Goa Kali Suci dan Goa Jomblang. (HeryFosil/Jjw)
Dalam pemotongan hewan kambing tersebut, 2 ekor kepala kambing akan dilarung ke tengah telaga, sisanya dimasak untuk dihidangkan dan dikembul bujana andrawina (dimakan bersama) oleh seluruh masyarakat yang hadir pada siang nanti jam 14.00 WIB. Dua ekor kambing tersebut dibeli dari iuran warga dan 3 ekor kambing merupakan sumbangan masyarakat.
Santoso (42), panitia bersih telaga Jonge menjelaskan, tradisi bersih telaga Jonge merupakan upaya mengingat jasa Kyai Jonge yang datang ke wilayah tersebut dan diterima oleh warga setempat, karena perilakunya yang baik dan suka menolong sesama. Kyai Jonge dikenal sebagai ahli di bidang pertanian. Keahliannya tersebut ditularkan kepada warga setempat sehingga kehidupan warga menjadi sejahtera.
Kyai Jonge menghabiskan masa hidupnya di Desa Pacarejo hingga akhirnya meninggal dunia, dan jasadnya oleh warga diyakini moksa. Bekas tempat tinggal Kyai Jonge kemudian diyakini berubah menjadi sebuah telaga besar yang melimpat airnya. Air telaga tersebut mampu menghidupi warga sekitar. Konon tempat moksa Kyai Jonge berada di tengah-tengah telaga.
Santoso menambahkan, bersih telaga Jonge juga merupakan wujud syukur atas berkah pertanian dan telaga Jonge yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Bersih telaga Jonge juga dikemas sebagai sebuah wisata religi, wisata budaya.
Lanjut Santoso Bersih telaga Jonge sepenuhnya dibiayai masyarakat dari Padukuhan Kwangen Lor dan Kwangen Kidul, Desa Pacarejo dengan iuran per kepala keluarga bervariasi antara Rp 38.000 hingga Rp 43.000. Untuk warga masyarakat yang tidak mampu dibebaskan dari iuran.
“Tradisi bersih telaja Jonge dimulai sejak seminggu yang lalu yaitu kerja bakti membersihkan sekeliling telaga, tadi malam dimeriahkan pentas kethoprak dan siang nanti akan dimeriahkan kirab budaya yang diikuti oleh masyarakat padukuhan Kwangen Lor, Kwangen Kidul didukung oleh masyarakat padukuhan Jonge dan Wilayu, dilanjutkan pentas jathilan dan reog. Penutupan telaga Jonge akan dipentaskan wayang kulit semalam suntuk,” jelas Santoso.
Santoso berharap, pengembangan telaga Jonge dapat menjadi tempat wisata yang terintegrasi dengan tempat wisata lain di Desa Pacarejo. Menjadi satu paket dengan obyek wisata Goa Kali Suci dan Goa Jomblang. (HeryFosil/Jjw)