Belasan Warga ODDP Gunungkidul Mengalami Pemasungan

oleh -1662 Dilihat
oleh
Yakkum
Project Manajer Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat YAKKUM, Siswaningtyas menunjukkan buku pendampingan ODDP yang dirilis. (KH)

GUNUNGKIDUL, (KH),— Pembatasan gerak hingga hilangnya kebebasan terhadap Orang Dengan Disabilitas Psikososial (ODDP) masih terjadi di Gunungkidul, DIY. Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, jumlahnya mencapai belasan.

Diungkapkan Kepala Dinkes Gunungkidul, dr. Dewi Irawaty, jumlah ODDP yang mengalami pemasungan mencapai 17 warga. Bentuk pemasungan yang dilakukan, umumnya tidak diikat salah satu bagian tubuhnya tetapi dikurung dalam ruangan khusus.

Dia mengklaim, melalui puskesmas bersama lintas sektor diantaranya Dinas Sosial telah mengupayakan pendampingan diantaranya edukasi agar meniadakan pemasungan. Namun, keluarga ODDP memiliki pemahaman, kemampuan dan perhatian yang berbeda. Sehingga timbul keterpaksaan melakukan pengurungan karena merasa terbebani.

Sementara itu sesuai data yang dimiliki, jumlah ODDP yang tercatat, dalam artian pernah mengakses layanan kesehatan ke puskesmas di seluruh Gunungkidul mencapai 1.444.

“Tenaga medis di puskesmas telah memiliki kapasitas yang baik dalam penanganan ODDP. Kemampuan dalam hal penanganan ODDP terus ditingkatkan. Manakala di tingkat puskesmas tidak memungkinkan lagi, maka akan dirujuk ke rumah sakit di Wonosari atau Rumah Sakit Grhasia,” kata Dewi, Selasa (8/12/2021) di Wonosari.

Lanjutnya, titik krusial penanganan ODDP pasca perawatan di rumah sakit yakni saat kembali ke rumah. Kondisi ODDP sangat tergantung bagaimana upaya keluarga dan keterlibatan lingkungan menjaga agar ODDP tetap stabil dan makin lama makin baik. Tanggungjawab penuh perawatan itu ada di keluarga dengan dukungan lingkungan sekitar.

“Sejauhmana sikap penerimaan dan perlakuan keluarganya berikut lingkungan. Warga sekitar harus berkontribusi, tidak memberi stigma, tetapi harus menyamakan kedudukan ODDP dengan warga lain. Minimal ‘ngaruhke‘ atau menyapa. Stakeholder di lingkungan tentu juga harus mendukung situasi yang membantu pemulihannya,” pinta Dewi.

Manajer Project Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Siswaningtyas Tri Nugraheni mengatakan, ada syarat agar ODDP pulih dan mandiri hingga produktif. Yang pertama adalah pengobatan. Pengobatan yang terukur tersebut merupakan alat bantu.

Membenarkan Dewi Irawaty, selanjutnya yang dibutuhkan dalam mendukung pemulihan ODDP yakni sikap penerimaan. Baik ODDP dan keluarga menerima kondisi tersebut. Treatment pengobatan dan Pendampingan berupa dukungan yang tulus dan terus menerus dari keluarga menjadi kunci pemulihan ODDP.

“Berdasar pengalaman yang kami lakukan, metode tersebut mampu mempercepat pemulihannya. Keluarga menjadi faktor penting agar ODDP dapat pulih,” tandas Siswaningtyas.

Lebih jauh disampaikan, ada ODDP tertentu yang membutuhkan minum obat dalam jangka waktu lama atau terus menerus. Maka dukungan tanpa henti sangat dibutuhkan bagi ODDP.

YAKKUM selama ini menerapkan pendekatan pemulihan ODDP melalui tiga hal, yakni kesehatan, psikologi dan sosial. Dengan pendekatan itu diharapkan dapat mengantarkan ODDP ke kondisi pemulihan yang komperehensif.

Ditanya peran dan kapabilitas fasilitas kesehatan di Gunungkidul dalam penanganan ODDP, Siswaningtyas menyebut masih ada kesenjangan. Dia contohkan, rasio jumlah ODDP dan tenaga profesional bidang psikiatri sangat timpang. Seperti diketahui saat ini tercatat ada 1.440-an ODDP, namun hanya ada 1 psikiater di Gunungkidul.

“Jumlah ODDP itu sebatas yang tercatat di puskesmas. Kami berani sebut jumlah ODDP lebih dari itu. Bahkan saya yakin lebih dari 2.000-an,” ungkap dia.

Dia menambahkan, dukungan yang lain dalam hal penanganan ODDP diantaranya ketersediaan psikolog, kemampuan tenaga kesehatan serta ketersediaan obat juga dinilai masih terbatas. Untuk membantu mengurangi keterbatasan itu, pihaknya melakukan pelatihan bagi tenaga kesehatan di puskesmas mengenai penanganan ODDP. Dia berharap, kondisi ODDP dalam ukuran tertentu dapat mengakses dan mendapat layanan di puskesmas dengan baik. Sejalan dengan upaya tersebut, YAKKUM juga merilis 2 buku panduan bagi ODDP sendiri serta untuk pegangan bagi tenaga kesehatan, keluarga dan pendamping ODDP. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar