Diketahui, masyarakat mengenal dua versi awal mula terbentuknya Gunung Ireng. Pertama, keberadaannya karena adanya proses geologi. Sementara itu, terdapat pula cerita rakyat atau legenda yang menyertai terbentuknya Gunung Ireng dengan tokoh Raden Bratasena.
Berdasar ilmu geologi proses pembetukan Gunung Ireng terjadi sejak 18 sampai 20 juta tahun silam. Dimana Gunung Ireng dipercaya merupakan tubuh gunung api purba yang berada di dasar laut, sementara hanya sebagian puncaknya berada di permukaan.
Akibat proses tektonik yang berulang-ulang selama jutaan tahun di selatan Jawa, kawasan Gunung Ireng mengalami pengangkatan hingga menjadi daratan.
Proses pengangkatan inilah yang membuat batuan gunung teroksidasi hingga berwarna hitam atau dalam bahasa jawa disebut Ireng. Formasi batuan yang didominasi berwarna hitam itulah yang membuat gunung ini dinamakan Gunung Ireng.
Warna batu yang gelap cenderung mendominasi. Memberikan kesan yang lebih kontras dengan lingkungan alam di sekitarnya.
Sementara dari cerita rakyat, Gunung Ireng terbentuk dari peristiwa kemarahan Raden Bratasena. Dalam cerita pewayangan, Raden Bratasena marah karena banyak kera pengganggu di Gunung Merapi. Raden Bratasena hendak menendang sekelompok kera tersebut, namun justru mengenai batuan di puncak Gunung Merapi. Batuan tersebut terlempar jauh ke segala arah salah hingga salah satunya ke kawasan yang masuk di Padukuhan Srumbung ini. Lantas kemudian membentuk sebuah bukit berwarna hitam.
Tak rugi jika Gunung Ireng dipilih untuk menikmati hari libur. Lokasi wisata ini bisa menjadi salah satu pilihan berwisata di Gunungkidul untuk mengisi waktu liburan sekolah yang sebentar lagi datang. (Kandar)