WONOSARI, (KH)— Setelah mendapat predikat menjadi desa terbaik pada penilaian lomba desa tingkat Propinsi DIY tahun 2016, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari akhir-akhir ini intens menyiapkan penialian tingkat nasional mewakili DIY.
Demi hasil terbaik, Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Gunungkidul secara langsung memberikan dampingan. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat BPMPKB Gunungkidul, Rakhmadiyan Wijayanto, AP, M.Si menyebut, peluang Desa Baleharjo cukup terbuka untuk menang tingkat nasional.
“Penilaian tingkat nasional sekarang dibagi menjadi 4 regional, yakni Sumatra, Jawa dan Bali, lalu Kalimantan dan Sulawesi, kemudian regional terakhir yaitu Papua NTT NTB dan Maluku. Baleharjo masuk regional II,” jelas Rakhmadian disela melakukan dampingan persiapan Desa Baleharjo, Senin, (11/7/2016).
Regional II (Jawa dan Bali), ungkap dia hanya ada perwakilan dari enam propinsi, yakni Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Bali. Perdiksinya, pesaing terkuat dari ke-enam propinsi tersebut ialah desa perwakilan dari Bali.
Menurutnya, desa asal Bali memiliki berbagai keunggulan, seperti misalnya dari sisi pemberdayaan masyarakatnya bagus, lalu adat budaya, gotong-royong, kepemimpinan lokal, dan potensi lain tentu juga luar biasa.
“Itu saingan terberat, namun kita tetap optimis. Potensi Baleharjo secara umum juga demikian, seperti partisipasi masyarakat tidak diragukan lagi, kepemimpinan Kades cukup baik, meski tergolong masyarakat kota, namun dapat dikondisikan,” puji Rakhmadian.
Sambung dia, potensi lokal yang tidak dimiliki oleh desa lain juga ada, yakni wadah atau lembaga masyarakat ditingkat padukuhan bernama Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM).
Dalam waktu yang sama, Kades Baleharjo, Agus Setiawan memaparkan apa itu WKSBM. Kata dia, tolok ukur keberhasilan kepeminpinan ialah masyarakat dapat hidup rukun, damai, dan disertai toleransi yang baik antar warga. Hal tersebut menjadi tolok ukur utama selama kepemimpinannya, sehingga tidak menjadikan ukuran ekonomi dan fisik sebagai prioritas pertama.
“Kalau masyarakat rukun, bersedia berswadaya, maka dipastikan memudahkan pembangunan fisik dan ekonominya. Pergeseran stigma ini yang terus dijaga,” kata dia.
Maka WKSBM, lembaga semacam sedekah dan infak itu lahir, secara bergantian lima dusun yang ada membentuk dengan diprakarsai pemerintah desa. Konsentrasinya, lembaga ini membantu masyarakat khususnya yang memliki permasalahan ekonomi dan sosial.
“Membantu anak sekolah kurang mampu, Janda, jompo, anak yatim, dan lainnya. Bantuan diberikan sesuai permasalahan yang dihadapi, dapat berupa biaya sekolah, sembako, dan keringanan bahkan digratiskan apabila ada iuran dusun atau biaya beras Raskin,” ungkap Agus.
Pihak desa pun tidak sekedar membentuk lembaga ini, dalam satu tahun Agus memberikan anggaran sebesar Rp. 1 juta untuk kegiatan operasional pengurus WKSBM, untuk pertemuan dan rapat-rapat. Karena pengurus sifatnya sukarela, maka tak ada sedikitpun dana yang diperoleh dari donatur untuk kepentingan pengurus secara pribadi, semua tersalurkan kepada yang membutuhkan.
Lanjut Agus, hal tersebut dapat menciptakan hidup guyub rukun dan toleransi, peduli terhadap sesama antar warga berkecukupan dengan warga kurang mampu menjadi dasar pembangunan. Salah satu dampak dari pembentukan mental itu Baleharjo dapat memunculkan swadaya pembangunan mencapai 2,6 M.
Sementara itu, Kepala BPMPKB Gunungkidul, Sudjoko M. Si, cukup percaya dengan kesiapan Desa Baleharjo, dirinya optimis penailaian tingkat nasional yang akan dilaksanakan pada minggu ke-empat nanti mampu menempatkannya pada posisi terbaik.
“Kita percaya dengan kemampuan, kesiapan dan potensi yang dimiliki Baleharjo”, kata dia singkat. (Kandar)