CILEDUG, Kabarhandayani,– Pergerakan orang dan barang dari Gunungkidul ke Jabodetabek atau sebaliknya semakin meningkat. Peningkatan pergerakan barang juga dapat diamati dengan terus bertambahnya pergerakan kendaraan angkutan barang atau paket titipan bus malam antara kedua area tersebut.
Adalah Budi Nurwanto (43), warga asal Desa Salam Patuk yang jeli melihat peluang usaha pengiriman barang. Ia membuat usaha jasa ekspedisi dengan rute spesial, dari Wonosari ke Jabodetabek atau sebaliknya. Ia sanggup menerima apapun order pengantaran barang pada route tersebut.
Budi bercerita, “Saya dulu kerja di perusahaan ekspedisi. Namanya DB Schenker Logistic, kantornya di Jl TB Simatupang Jakarta Selatan. Rumah saya di Inpres Larangan Ciledug. Dulu rumah saya sering jadi jujugan teman dan saudara yang jadi sopir truk. Setelah selesai mengantar kiriman dari Gunungkidul, mereka beristirahat dan nge-pos di rumah saya sembari ngobrol apa saja.”
Bermula dari perjumpaan itu, Budi memperoleh ide mencarikan muatan ke berbagai kenalan. Tujuannya satu, agar kepulangan truk teman-temannya itu tidak ngglondhang atau kosong muatannya. Mereka bisa pulang ke kampung membawa muatan yang berarti mendapat tambahan pemasukan.
Perjuangan Budi mencarikan muatan barang tersebut membuahkan hasil. Akhirnya Budi dan teman-temannya membuat kelompok usaha pengiriman barang yang diberi nama Wonosari Trans. Kejelian Budi menangkap peluang usaha ini tak lepas dari pengalamannya bekerja di perusahaan ekspedisi. Budi memperkuat usaha sampingan itu, sampai akhirnya ia memutuskan berhenti bekerja dan berkonsentrasi mengelola Wonosari Trans.
“Kami memulai usaha dengan memanfaatkan 6 truk teman-teman dari Patuk, Playen, Gedangsari, dan Nglipar. Mereka sering mengirim barang ke Jakarta, namun pulangnya kosong. Saya mencarikan muatan mas. Entah itu kiriman sepeda motor, kulkas, tv, mebel, maupun barang-barang pindahan rumah. Alhamdulilah pelanggan kami terus bertambah. Teman-teman yang punya truk senang, teman-teman sopir juga senang,” tutur Budi berkisah tentang awal usahanya. Semua kegiatan operasional, pada awalnya dikendalikan dari rumahnya di Larangan Ciledug Tangerang.
Saat ini, jumlah kiriman barang yang ditangani Budi lebih banyak berasal dari kawasan Jabodetabek menuju ke Gunungkidul. Jenis barang kiriman tersebut antara lain: barang pindah rumah, motor, barang elektronik, dan berbagai jenis barang lainya. Sedangkan kiriman barang dari area Gunungkidul ke Jakarta yang pernah ditangani adalah: batu paras, batu ukir, serbuk batu kapur bahan industri, mebeler, juga kayu atau kusen/daun pintu warga asal Gunungkidul yang membangun rumah di perantauan.
Untuk memperkuat usahanya, saat ini Budi telah membuat kantor pusat operasional di Logandeng, Playen, Gunungkidul. Tepatnya di Jalan Wonosari – Yogya, di depan SMA 2 Playen. Sementara itu, rumahnya di Ciledug digunakan sebagai kantor operasional di Jabodetabek. Menyadari bahwa pengiriman barang dari wilayah Gunungkidul memang belum begitu ajeg, Budi mencari pelanggan dari Kota Yogya, Purworejo, dan Kebumen ke Jabodetabek. “Para pedagang dari Yogya, Purworejo, Kebumen justru sangat mempercayakan pengiriman barangnya ke kami. Mereka menilai, sopir dari Gunungkidul itu bagus pelayanannya, sopirnya tidak berhenti di sembarang tempat, barang terjamin dan cepat sampai di tujuan,” ujar Budi.
Ditanya tentang omset dan keuntungan usahanya, Budi menjawab diplomatis, “Pokoknya semua bisa berjalan mas. Para pemilik kendaraan mendapat sesuai setoran, para sopir dan kernet juga senang, dan saya juga senang bisa terus mengembangkan usaha.” Sebagai gambaran, untuk biaya paket angkutan pindah rumah dari Jakarta ke Wonosari seharga Rp 2 juta untuk muatan penuh satu truk, untuk setengah muatan Rp 1,3 juta, kirim sepeda motor atau paket lainnya dalam kisaran Rp 350 ribu/motor. Budi terkadang juga tidak menolak apabila ada yang menawar harga, yang penting persaudaraan dan masih dapat dioperasionalkan.
Saat ini Budi dipercaya untuk mengelola 16 armada truk. Trayek utama pengiriman barang adalah Wonosari-Jabodetabek, namun demikian ia juga melayani kota-kota yang dilalui, seperti: Yogya, Wates, Purworejo, Kebumen dan Purwokerto. Sebagai upaya menjalin relasi dengan para pemilik dan para operator kendaraan, Budi menerapkan pola kerja kekeluargaan, guyub rukun maju bersama. Semua dilakukan dengan komunikasi sebaik-baiknya, dan pembagian hasil usaha yang menguntungkan semua pihak dengan mengutamakan keberlangsungan usaha.
Belajar dari sistem tracking kiriman dan armada saat ia bekerja sebelumnya, Budi mengharuskan para sopir selalu melaporkan posisinya saat mereka sedang beristirahat dalam perjalanan. Berdasarkan laporan itu, Budi dapat melaporkan posisi kendaraan dan kirimannya kepada pengirim maupun kepada penerima. Ia juga dapat memperkirakan jam berapa barang akan sampai di tujuan.
Budi berharap bahwa usaha ekspedisinya dapat berkembang. Bahkan ia berangan-angan ingin menjadi pelopor usaha jasa ekspedisi di wilayah Gunungkidul. Dengan keunggulan yang melayani pengantaran barang door to door atau jemput bola di pengirim dan antar sampai ke alamat penerima, maka Budi berani bersaing dengan jasa titipan paket bus malam yang masih harus kirim dan ambil di pool bus. Berkembangnya industri pariwisata dan kerajinan di Gunungkidul juga menjadi pertimbangannya dalam mengembangkan usaha jasa pengiriman barang di Gunungkidul.
Untuk memperkuat jejaring pengiriman barang antar kota lainnya, Budi menjadikan usahanya sebagai bagian jaringan ekspedisi TIKINDO. Ia juga gencar memasarkan jasanya melalui melalui jaringan pertemanan di beberapa perkumpulan yang diikuti maupun secara online. Saat ini Budi juga sedang mempersiapkan diri untuk mendaftarkan administrasi badan usahanya ke Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.
“Apapun permintaan pengiriman barang, kami siap melayani. Barang kiriman pasti kami tangani dengan aman, cepat, terpercaya. Itu moto pelayanan kami Wonosari Trans,” ujar Budi mengakhiri pembicaraan. (Jjwidiasta/Red, foto: Budi Nurwanto).