GUNUNGKIDUL, (KH),– Akses menuju Pantai Widodaren di Kalurahan Kanigoro, Kapanewon Saptosari, Gunungkidul ditutup sekelompok masyarakat. Mereka merupakan warga setempat yang berniat menjadi pelaku usaha di kawasan pantai tersebut.
Lurah Kanigoro, Suroso saat dihubungi, Selasa (17/1/2023) malam membenarkan penutupan itu.
“Benar, ditutup pakai batu ditumpuk. Kendaraan tidak bisa lewat,” ujarnya melalui seluler.
Dia mengaku heran dengan sikap warga. Baginya, hal itu tak masuk akal. Dia menilai tindakan warga menutup akses pantai justru merugikan. Sebab, tindakan itu menghilangkan mata pencaharian.
Setahu dia, blokade diakibatkan karena permintaan pembangunan kios belum terpenuhi secara keseluruhan.
“Total permintaannya 73 kios. Saat ini sudah ada 30an kios,” imbuhnya.
Dia dibuat bingung, kios yang sudah ada, sampai sekarang pun tidak dipakai. Mangkrak, tumbuh rumput dan tak terawat. Padahal, kios telah siap digunakan sejak 2020.
“Mulainya dibangun 2019, sampai saat ini tidak pernah dipakai, kalau belum genap semua katanya belum mau memakai,” tutur Suroso.
Sementara ini kalurahan memang belum punya anggaran untuk memenuhi permintaan itu. Tidak memungkinkan pula diwujudkan dalam sekali tempo.
“Saya memang tidak merencanakan, lha itu buat apa? wong yang lama saja tidak dipakai tapi dibiarkan mangkrak,” tandas Suroso.
Semestinya, pembangunan kios juga melihat progres usaha. Kalau kios yang tersedia secara keseluruhan beroperasi penuh, lantas dinilai kurang, maka direncanakan kembali dibangun tambahannya.
“Kalau bertahap, pertahun 5 atau 10 kios mungkin bisa. Tapi ini yang lama nggak dipakai sudah minta lagi, nanti mangkrak pihak desa hanya menghamburkan uang dong”.
“Dengan begitu kami atau pemerintah yang konyol, karena asal bangun. Mestinya dipakai dulu, kalau kekurangan baru dibangun lagi, idealnya begitu,” tegasnya.
Pembangunan kios dinilai tak cukup dengan anggaran yang sedikit. Satu kios sederhana minimal butuh sekitar Rp10 jutaan. Maka jika hendak memenuhi kekurangan unit kios butuh sekitar Rp400 jutaan.
Suroso bahkan tak mau ambil pusing. Pantai ditutup tidak menjadi masalah baginya
“Silahkan ditutup selamanya, silahkan. Itukan menghilangkan mata pencaharian mereka sendiri,” katanya lagi.
Pihak desa mengaku persoalan di Pantai Widodaren bertele-tele. Sudah 7 kali berembug tidak pernah ada mufakat.
“Semoga nanti pada punya kesadaran dan berfikir panjang,” harapnya.
Lebih jauh disampaikan, Pantai Widodaren baru sekitar dua tahun terakhir dibuka. Diakui, kunjungan wisatawan belum masuk kategori ramai. Namun, selalu ada yang datang. Utamanya, Sabtu malam, wisatawan banyak yang suka camping.
Sejauh ini, sudah ada 8 pedagang. Merekapun tidak mau menempati kios yang telah ada. 8 pedagang tersebut justru bikin emplek-emplek atau lapak tak permanen.
Mujiko, salah satu warga yang ambil bagian dalam penutupan akses mengatakan, blokade jalan merupakan bentuk protes berkaitan dengan pengelolaan pantai.
Menurutnya, ada tuntutan yang dilayangkan ke pemerintah kalurahan namun tak kunjung terpenuhi.
Benar kata Suroso, tuntutan tersebut diantaranya mencakup penyediaan tempat jualan para pedagang. Permintaan yang lain, berupa pembongkaran pagar menuju pantai dan penataan lokasi camping untuk pengunjung.
Panewu Saptosari, Eka Priyatna mengaku sudah mengecek titik penutupan. Saat ini pihaknya menunggu terwujudnya koordinasi beberapa pihak guna penyelesainnya.
“Sejauh ini pokok persoalan belum kami ketahui, saat datang mengecek tadi, tak ada warga atau perwakilan kelompok yang ada di sana,” terang Eka. (Kandar)