SAPTOSARI, kabarhandayani.– Rumah Joglo milik Suwarni warga Padukuhan Gondang, Desa Kepek, Kecamatan Saptosari merupakan salah satu dari sekian rumah Joglo yang sangat Istimewa, bangunan tersebut mendapat penghargaan Pelestarian Warisan Budaya oleh Gubernur DIY, Hamengku Buwono X tahun 2005 silam.
Hingga saat ini Pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) DIY terus berupaya melindunginya, berikut beberapa nilai penting yang disampaikan oleh BPCB:
Nilai penting rumah Suwarni sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah sebagai berikut:
Hingga saat ini Pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) DIY terus berupaya melindunginya, berikut beberapa nilai penting yang disampaikan oleh BPCB:
Nilai penting rumah Suwarni sesuai dengan kriteria yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya adalah sebagai berikut:
1. Nilai Penting Sejarah
Dari bidang ilmu sejarah, bangunan penting untuk mengetahui sejarah pemerintahan lokal pada waktu itu. Peristiwa sejarah yang pernah berlangsung diantaranya adalah :
A. Pada masa Agresi Militer II, rumah tradisional joglo milik Suwarni pernah digunakan sebagai tempat tinggal KRT. Suryaningrat beserta keluarga, yang menjabat sebagai Bupati Gunungkidul pada masa itu, sekitar Tahun 1949
B. Sebagai kantor Kalurahan Desa Kepek pada masa itu pula.
2. Nilai Penting Arsitektural
Dari ilmu arsitektur, bangunan rumah tradisional joglo Suwarni mempunyai keunikan dan nilai arsitektur yang tinggi. Salah satunya adalah pola / komposisi bangunan yang tidak mengikuti pola “pakem” rumah tradisional yang ada lazimnya. Penempatan bangunan rumah Suwarni, berdasarkan pola pewarisan dan kekerabatan. Bangunan limasan paling belakang (utara) adalah bangunan yang pertama kali didirikan, kemudian diperluas di bagian depannya (selatan), begitu seterusnya, hingga sampai pada bangunan pendopo paling depan.
Ukuran-ukuran yang terdapat dalam bangunan rumah, tidak ergonomis karena mempunyai makna filosofis yang tinggi, yaitu penghormatan tamu kepada pemilik rumah. Demikian pula adanya Tlundagan yang melintang dibawah pintu-pintu masuk, bermakna agar tamu lebih berhati-hati dan berhenti sejenak sebelum masuk ruangan.
Pemanfaatan Belah pada rumah utama, menjadi kamar tidur anak, tempat pakaian, dan tempat menyimpan barang-barang. Sayangnya, sebagian lantai belah ini telah memakai tegel keramik. Untuk susunan atap bubungan mulai dari umpak hingga ke bagian molo, lengkap berbahan kayu jati, dan pada beberapa bagian geganjanya terdapat ornamentasi tanduk dan kala. Adanya pasak-pasak kayu yang menghubungkan bagian-bagian bangunan, menambah tinggi nilai arsitektur dan keunikannya.
3. Nilai Penting Ilmu Pengetahuan
Bangunan rumah tradisional Joglo milik Suwarni di Kecamatan Saptosari relatif masih utuh dan asli. Terutama yang istimewa pada bangunan utama, lantai tanah ditutup dengan kepang yaitu anyaman bambu yang bagian kulitnya disayat tipis kemudian dianyam di tempatnya sehingga luas kepang bisa pas dengan lantai ruangan. Pada beberapa rumah lain lantai sudah diganti dengan tegel maupun keramik, tetapi di rumah Suwarni masih asli.
Hal ini yang menjadikan rumah ini begitu istimewa. Rumah tradisional milik Suwarni merupakan bangunan yang masih dilestarikan sesuai dengan kaidah–kaidah pelestarian sehingga kedepannya dapat menularkan pengetahuan ini kepada masyarakat di sekitar untuk dapat melestarikan cagar budaya yang dimilikinya.
4. Nilai Penting Kebudayaan
Keselarasan ukuran komponen-komponen bangunan dan ornamen-ornamennya, merupakan representasi estetis suatu seni bangun dan seni rupa yang sangat tinggi. Estetika bangunan ini merupakan bagian dari nilai penting kebudayaan, sehingga menjadi jatidiri / identitas budaya masyarakat Desa Kepek pada awal abad 20. (Kandar/Hfs)