Belajar Wirausaha Dari Nuryanto, Penjual “Handayani Rujak Es Krim”

oleh -11802 Dilihat
oleh
Konsumen sedang menunggu Nuryanto membikin Rujak Es Krim. KH/ Kandar.
Konsumen sedang menunggu Nuryanto membikin Rujak Es Krim. KH/ Kandar.

WONOSARI, (KH)— Bukan hal baru lagi mengenai sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang ini, terlebih sesuai keinginan hati memang tidaklah mudah. Ketidakcocokan dengan jenis pekerjaan atau adanya tekanan dan tuntutan keras sebuah pekerjaan tidak sedikit menjadi alasan pegawai, karyawan atau buruh tidak betah bekerja.

Pilihan lain didalam upaya untuk memperoleh rezeki atau kebutuhan hidup dapat ditempuh dengan jalan mendirikan wirausaha. Inipun juga bukan hal yang mudah, biasanya permasalahan modal, serta keberanian dan mental dalam mengambil resiko, diikuti keengganan memulai usaha dari kecil menjadi penghambat berdiri dan berjalannya sebuah wirausaha.

Kemantapan niat dan keberanian dalam berwirausaha dapat ditiru dari seorang penjual rujak es krim, Nuryanto. Pilihan berjualan diambil setelah ia bermodal ijazah SMK berulang kali bekerja merasa belum pernah mendapatkan pekerjaan yang cocok.

“Ijazah SMK terpakai satu kali sewaktu saya bekerja di pabrik keramik ketika merantau di Jakarta. Adanya urusan keluarga dan hal lain, saya putuskan berhenti lalu pulang tidak kembali lagi ke Jakarta,” cerita warga asli padukuhan Kenanga, Desa Monggol, Kecamatan Saptosari ini beberapa waktu lalu.

Setelah merasa tidak memungkinkan meninggalkan anak dan istri ia memilih mencari pekerjaan yang tidak terlalu jauh dengan domisili. Begitu sulitnya lapangan kerja, ia pun menerima setiap pekerjaan yang ditawarkan, mulai dari buruh bangunan, menjadi tukang ukir batu dan aneka pekerjaan kasar lainnya.

Nuryanto mulai berfikir, tidak mungkin selamanya akan mengandalkan profesi sebagai buruh. Demi perbaikan masa depan keluarga ia pun berniat berwirausaha. Tidak berambisi agar usaha langsung berskala besar dalam waktu singkat. Pilihan jenis wirausaha ia sesuaikan dengan ukuran modal yang dimiliki, yakni berjualan rujak es krim.

“Saya mulai tahun 2010. Sebagai pengingat waktu itu ketika terjadi erupsi Merapi, saya memberanikan diri membuka usaha jualan. Modal awal sekitar Rp. 2 jutaan,” terang Suami dari Suparti ini.

Berdasar pengamatannya, di kawasan Wonosari penjaja kuliner rujak dengan kombinasi es krim masih sangat sedikit, hal ini menjadi salah satu alasannya pemilihan produk jualannya. Dengan gerobak ia bersama istri lantas memulai berjualan di Jl. Sugiyo Pranoto, Wonosari.

Ia mengakui, tantangan pertama dari profesi yang ia jalani yakni perasaan malu apabila bertemu teman sekolah. Tetapi gangguan perasaan tersebut tak berlangsung lama. Gengsi saat berjualan tak mengalahkan keteguhan  hati untuk merubah hidup lebih mandiri, dan kebutuhan hidup tercukupi.

Suka duka dialami, sebagai penjual amatir tantangan berat muncul. Dalam sehari berjualan, pernah dagangannya hanya laku tiga porsi saja. Namun, hal tersebut tak mematahkan semangatnya. Setiap pagi menjelang siang ia selalu mendorong gerobaknya menuju lokasi jualan.

“Saat ini untuk sekali buka butuh modal belanja bahan sekitar Rp. 400 ribuan. Lantas setiap hari rata-rata laku 60-an porsi . Harga setiap porsinya Rp. 8 ribu,” terang lelaki beranak satu ini. Jika sedang mujur, saat hari libur terkadang terjual 100 porsi atau lebih dalam satu hari.

Apabila dihitung, untuk setiap bulannya, rata-rata hasil bersih yang diperoleh Nuryanto mencapai Rp. 2 jutaan. Seperti diketahui, hasil tersebut melebihi standar gaji Upah Minimum Kabupaten (UMK) Gunungkidul saat ini. Hal positif lainnya, ia merasa lebih tenang, sebab tidak mendapat tekanan dan beban target pekerjaan dari atasan. (Kandar)

Berbagi artikel melalui:

Komentar

Komentar