TANJUNGSARI,(KH) — Keberhasilan pendidikan di Gunungkidul secara faktual masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terbukti dengan masih ditemukan banyak anak yang putus sekolah atau tidak menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun di Gunungkidul.
Belum berhasilnya pendidikan di Gunungkidul ini diungkapkan oleh Bupati Gunungkidul Badingah SSos, pada acara Gelar Budaya Anak yang diselenggarakan di Desa Kemadang, Sabtu (25/10/2014). Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengungkapkan beberapa permasalahan yang dihadapi terkait pendidikan di Gunungkidul.
“Apabila ada keluarga yang tidak mampu tetapi anaknya pandai, itu nanti bisa dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah Gunungkidul. Nanti kita usahakan, bagaimana membantu dan mendorong anak tetap sekolah,” kata Badingah.
Menurut Bupati, kegagalan pengentasan wajib belajar 9 tahun ini merupakan permasalahan yang harus segera diatasi. Dengan anggaran yang cukup besar, lanjut Bupati, ternyata Gunungkidul belum sukses dalam menjalankan program ini.
“Walaupun kita mendapatkan penghargaan karena anggaran pendidikan kita yang tertinggi se-Indonesia, namun dengan anggaran yang yang tertinggi itu ternyata kita belum mampu mengentaskan anak-anak untuk terpenuhi wajib belajar 9 tahun atau sampai perguruan tinggi,” lanjutnya.
Masalah pemenuhan program belajar 9 tahun dianggap sebagai pekerjaan rumah oleh Bupati, karena hingga sekarang masalah ini belum terselesaikan juga. Di antara 4 kabupaten dan kota di DIY, Gunungkidul merupakan daerah dengan capaian terendah terkait pengentasan wajib belajar bagi anak.“Jangan sampai anak kita putus sekolah, kurang lamanya sekolah, atau keluar sekolah terus bekerja. Masalah anggaran, masalah biaya kita bisa koordinasikan bersama dengan Kepala Dinas,” ujarnya. (Maryanto/Jjw).
Belum berhasilnya pendidikan di Gunungkidul ini diungkapkan oleh Bupati Gunungkidul Badingah SSos, pada acara Gelar Budaya Anak yang diselenggarakan di Desa Kemadang, Sabtu (25/10/2014). Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengungkapkan beberapa permasalahan yang dihadapi terkait pendidikan di Gunungkidul.
“Apabila ada keluarga yang tidak mampu tetapi anaknya pandai, itu nanti bisa dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah Gunungkidul. Nanti kita usahakan, bagaimana membantu dan mendorong anak tetap sekolah,” kata Badingah.
Menurut Bupati, kegagalan pengentasan wajib belajar 9 tahun ini merupakan permasalahan yang harus segera diatasi. Dengan anggaran yang cukup besar, lanjut Bupati, ternyata Gunungkidul belum sukses dalam menjalankan program ini.
“Walaupun kita mendapatkan penghargaan karena anggaran pendidikan kita yang tertinggi se-Indonesia, namun dengan anggaran yang yang tertinggi itu ternyata kita belum mampu mengentaskan anak-anak untuk terpenuhi wajib belajar 9 tahun atau sampai perguruan tinggi,” lanjutnya.
Masalah pemenuhan program belajar 9 tahun dianggap sebagai pekerjaan rumah oleh Bupati, karena hingga sekarang masalah ini belum terselesaikan juga. Di antara 4 kabupaten dan kota di DIY, Gunungkidul merupakan daerah dengan capaian terendah terkait pengentasan wajib belajar bagi anak.“Jangan sampai anak kita putus sekolah, kurang lamanya sekolah, atau keluar sekolah terus bekerja. Masalah anggaran, masalah biaya kita bisa koordinasikan bersama dengan Kepala Dinas,” ujarnya. (Maryanto/Jjw).