WONOSARI, (KH) — Banyak lahan pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga hasilnya dirasa belum membanggakan. Terlebih ketika petani dihadapkan dengan musim kemarau panjang seperti saat ini.
Putus asa dan rasa malas tidak ada dalam diri pemuda yang satu ini. Muhammad Nurdin, petani sayur asal Desa Kepek Kecamatan Wonosari ini justru mampu meraup untung lebih banyak dengan menanam sayuran meski saat musim kemarau. Kemampuan mengolah lahan dan membaca situasi pasar menjadi modal utama untuk menghasilkan labih banyak uang.
Berbekal pengalamannya menyukai dunia pertanian sejak SMA, ditambah lagi dengan ilmu pertanian yang diperolehnya ketika dikirim ke Jepang pada tahun 2013 lalu, kini ia mengembangkan tanaman sayuran dengan sistem Mulsa.
Seperti diketahui, sistem tanam ini hampir sama dengan yang dilakukan petani sayur lain. Tetapi, proses perawatan tanaman, teknik pemupukan, meliputi ukuran, jenis, dan waktu pemberian yang telah dikuasainya menjadikan hasil panen lebih banyak dengan menekan semaksimal mungkin biaya operasional.
Gundukan tanah memanjang yang dibungkus plastik mampu mengantisipasi rumput/ gulma serta menjaga kelembaban tanah atau keawetan air. “Pengairan cukup seminggu sekali, dengan memenuhi air pada seluruh bidang tanah diantara gundukan-gundukan tanah memanjang tempat batang tanaman di tanam,” jelasnya.
Kebanyakan, lanjut Nurdin, cara itu untuk tanaman lombok. Tetapi untuk tanaman kacang panjang dan terong ternyata juga sangat cocok, seperti tanaman sayur kacang panjang yang ditanamnya, pada lahan seluas 2000 m² dapat menghasilkan sekitar 1-1,5 kuintal setiap pemetikan. Lantas setiap selang dua hari memanen lagi begitu seterusnya selama sekitar 1,5 bulan atau sekitar 15 hingga 20 kali panen.
“Harga di pasar cukup baik, sekitar Rp 4000/kg. Jadi setiap pemetikan mendapat Rp 500 hingga 600 ribu,” ujarnya bangga.
Mahasiswa UGK Jurusan Pertanian ini menjelaskan, banyaknya jumlah kacang panjang yang dihasilkan pada tiap batang sangat dipengaruhi cara perawatan dan pemupukan. Menurutnya, jika optimal, tiap satu batang tanaman dapat menghasilkan 3 kg sayur kacang panjang hingga tanaman itu mati.
Waktu penanaman juga membuktikan mampu menghasilkan uang lebih banyak. Pengamatannya selama tiga tahun membuat dirinya paham kapan waktu menanam sayuran yang tepat. Seperti saat menjelang musim hujan, ketika petani secara umum menanam padi, ia menanam terong, saat panen tiba kemungkinan besar harga terong berada pada harga terbaik. Begitu pula diterapkan ke yang lain, kapan menanam kacang panjang, sawi, mentimun, dan lainnya.
Atas hasil yang diperoleh, Nurdin mengaku akan terus mengembangkan pertanian sayur. Berkat ilmu dan pengalamannya tidak jarang ia menjadi nara sumber pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan Dinas Pertanian.
Menurut pemuda ini, terdapat anggapan yang keliru apabila profesi petani lebih dikenal sebagai orang miskin, penghasilan sedikit, dan pekerja kasar. Dalam kenyataanya dapat terbalik jika banyak petani lain melakukan metode pertanian sebagaimana yang ia lakukan.
Menurut Nurdin, adalah sebuah ironi bahwa pemenuhan kebutuhan sayur di Gunungkidul itu disokong dari daerah luar dalam jumlah yang masih terlalu tinggi. Padahal warga masyarakatnya sebagian besar bermata-pencaharian sebagai petani. (Kandar)